Wednesday, March 2, 2011

Tiga Tahun Usiamu


Dari bangun pagi hingga malam hari ini, tak jemu memandangi wajahmu yang imut menggemaskan. Memeluk tubuhmu yang hangat, lembut, dan harum khas baby. Ahh.. tak terasa 3 tahun sudah usiamu kini ya, Nak. Kamu sudah bukan bayi lagi yang harus ditimang-timang. Sudah tak mau dipanggil baby lagi. “Bukan baby, aku Dede,” begitu teriakmu selalu tiap ku panggil kau baby..babyku.

Ya, hobimu sekarang teriak-teriak. Apalagi bila sedang bermain berdua dengan kakakmu. Teriakanmu selalu membahana bila kau kesal atau marah. Kuping bunda dan ayah rasanya sakit mendengar teriakanmu.  Kesal terkadang, namun di sisi lain, bunda senang, karena itu berarti kau baik-baik saja. Karena bila kau sakit, maka kau akan diam lesu. Tak ada lagi teriakan-teriakan itu, hanya rintihan yang membuat hati bunda dan ayah sakit.
Kau memang sudah besar, Nak, tak lagi bayi kami yang mungil. Kau kini tak lagi minum susu botol. Bila dulu kemana-mana kau tak lepas dari botol susumu di mulut,maka kini kau harus membawa-bawa tas kecil yang berisi makanan dan minuman. Ada aneka biskuit, chips, dan lolipop kesukaanmu. Juga fresh milk dan mango juice favoritmu.
Tak lupa juga mainan-mainan kesukaanmu. Ada aneka kereta api dari Thomas n Friends hingga kereta api kayu, yang selalu kau panggil “tut..tut”.  Ada juga macam-macam mobil, yang jadi favoritmu adalah shovel car, yang kau sebut “mobil beko”. Kadang kau juga membawa aneka karakter kartun semisal Ben 10 atau Bakugan. Kalo ini karena kau melihat kakak Faiz sering nonton film-film itu ya, Dek.
Padahal kau sendiri paling suka nonton Barney ya. CD Barney di rumah sepertinya sudah kelelahan sering kau putar berkali-kali. Dan kau pun akan betah duduk menonton. Kadang ikutan berjoget dan menyanyi bersama. Selain Barney, kau pun suka sekali nonton Mickey Mouse. Biasanya kau menyebutnya “Kimos.. mau Kimos, Bun!”  Aha.. kau juga suka menonton Shaun The Sheep. Bila ingin menonton itu, kau pun akan bilang, “Sheep.. Bun!” Bila kau sudah bermain-main dengan Iphone bunda, maka kau pun akan menonton Ice Age tak jemu-jemu.
Kadang bunda kesal bila kau sudah bermain dengan Iphone. Bisa seharian Iphone dibajakmu, kan bunda jadinya tak bisa main fesbuk atau twitteran, Nak. Tapi tak apalah, karena biasanya kau akan bermain-main starfall. Belajar huruf dan warna. Walau terkadang kau suka ogah-ogahan bila diajari. Bila dibilangin red, kau akan bilang blue, begitu sebaliknya. Kau memang usil bin jahil, Dek. Bila bunda tanya, “what is that, Dek?” sambil menunjuk sheep. Maka dengan pede kau pun akan menjawab, “this is EMBE.” Aarrrghhh...Cuma bisa bengong menahan tawa, hahahaa...
Kau juga sangat suka dengan buku-buku. Bila sedang tak menonton kartun kesukaanmu, maka kau akan mengacak-acak isi lemari buku. Membukanya satu persatu. Bila waktu tidur tiba, kau akan membawa setumpuk buku-buku, minta dibacakan cerita. Dan bila pergi ke luar rumah, kau pun akan ribut minta bawa buku-buku, walau kemudian hanya di simpan di kursi mobil, hehehe...
Kau paling suka belajar angka. Sambil melipat-lipat jarimu sejumlah angka yang kau sebutkan, 1 sampai 8 pun sudah bisa kau lapalkan berurut. Ya hanya sampai Eight, karena bila diajarin Nine dan seterusnya, kau pun akan bilang, “Sudah!” Biasanya sambil mendelikkan matamu. Menggemaskan, hingga bunda pun tak bisa marah, tapi akan langsung memeluk dan menciumi pipimu. Kau pun lantas akan tertawa terkekeh-kekeh. Apalagi bila leher dan ketiakmu yang digelitik, maka kau pun tak akan berhenti  tertawa, sampai kemudian kau akan bilang, “Sudah, Bunda!”
Ya, usiamu memang baru 3 tahun hari ini. Tapi kau bukan tipe kanak-kanak yang dengan mudah bisa dibujuk. Bila kau sudah bilang tak suka atau tak mau, berarti kau memang benar-benar tak mau. Sekeras apapun bunda atau ayah membujuk, kau biasanya tak bergeming tetap pada pendirianmu. Biasanya bunda atau ayah pun lantas mengeluarkan jurus pamungkas untuk membujukmu, terutama bila kau tak mau makan.
Soal makan, kau memang paling pemilih, Nak. Tak mau daging atau ayam. Sukanya tahu. Duh, kalau di Kuwait ini, tahu itu barang langka, Nak. Mahal sih tak jadi soal, yang penting kau mau makan. Bila tak ada tahu, maka telur pun jadi andalan untuk membujukmu makan. Bila itu telur rebus, maka kau akan menyisihkan kuning telurnya, yang kau makan hanya bagian putihnya. Bila bunda membuat sup, maka yang kau makan hanya wortel atau jagungnya, dagingnya tak pernah mau kau makan. Terkadang kau hanya meminta nasi putih dikucuri kecap tok. Tak mau apapun sebagai teman makannnya. Dibujuk pun tak mau. Keukeuh pada keinginanmu.
Ya, kau memang sudah menunjukkah sifat keras dan susah diatur. Namun kau juga sangat penyayang dan lembut. Bila kau lihat bunda, ayah, atau kakakmu sakit. Maka dengan lembut kau akan bertanya, “kakak sakit ya? Bunda sakit ya? Atau ayah sakit?” Lantas biasanya kau pun akan memijat tangan atau kaki tanpa disuruh. Atau mengusap-usap kepala dan dahi yang sedang sakit. Dengan mimik yang sendu dan tatapan lembut. Ahh.. bila sudah begitu, bunda pun betah berlama-lama sakit, hehehe...

Terkadang bunda sama ayah sering dibuat takjub dan terheran-heran dengan sikap dan kelakuanmu. Rasanya seperti melihat diri kami sendiri. Ya, pada dirimu ada sebagian bunda, dan sebagian ayahmu, Nak. Jadi sekesal apapun kami padamu, akhirnya bunda dan ayah sadar, bahwa mungkin itulah cerminan sikap ayah dan bunda. Karena toh kau meniru dari kami. Orang-orang terdekatmu.
Secara tak langsung, kau telah mengajarkan kami, ayah dan bundamu, untuk terus memperbaiki diri. Agar bisa menjadi contoh dan teladan yang baik untukmu. Agar kau bisa tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas, dan sehat. Menjadi kebanggaan kami, orang-orang sekitarmu, negara, dan agamamu ya, Nak. Met bobo ya, Cinta. I love u full....


Syukur dan Sedekah Kunci Sukses Ayam Bakar Mas Mono

Ada yang beda pada Pengajian Khairunnisa di awal Maret 2011 ini. Ada tiga pria terselip di antara sekumpulan ibu-ibu cantik. Para pria yang ganteng-ganteng... tentunya menurut para istrinya ya, karena kalau bagi saya tetep yang ganteng ya suamikuJ Dua pria berjas hitam itu ternyata tamu istimewa dari Jakarta. Dua pengusaha dari Entrepreneur University (EU). Rupanya mereka sedang ada pelatihan kewirausahaan di Kuwait. Dan ibu-ibu cantik shalihah ini beruntung dikunjungi mereka. Tak sekedar kunjungan biasa, tapi mereka juga membagi kisah dan kiat sukses berbisnisnya. Gratis pula, padahal denger-denger kalau ikut kelas mereka harus mengeluarkan uang jutaan lho.

Gerobak Dagangan Ambruk di Awal Jualan
Pengusaha pertama meminta untuk dipanggil Mas Mono. Nama lengkapnya adalah A. Pramono. Dan beliau adalah pemilik Ayam Bakar Mas Mono, yang sudah punya cabang di mana-mana. “Ibu-ibu beruntung lho bisa bertemu dengan saya, Mas Mono?” begitu katanya berkelakar. Memang benar kami beruntung karena ternyata Mas Mono ini termasuk orang yang super duper sibuk. Profilnya sudah mejeng di berbagai koran dan majalah kenamaan di Indonesia. Beberapa kali menjadi bintang iklan juga. Dan belakangan ini sibuk keliling menjadi mentor wirausaha. Bahkan sampai ke gurun pasir ini J
Lelaki kelahiran Madiun ini hanya menamatkan pendidikannya sampai SMA. Kemudian merantau ke Jakarta, bekerja sebagai office boy. Pekerjaan yang membanggakan baginya, saat itu! Orang tua dan para tetangga kampung tahunya dia bekerja di kantor yang mentereng, berAC, ada banyak komputer, dan tentunya nyaman. Namun kebanggaan itu luntur seketika, ketika bapaknya terbaring di rumah sakit, dan Mas Mono tak punya uang untuk membantu membiayai pengobatannya. Tamparan yang sangat keras baginya, sebagai seorang anak, tak mampu membantu ketika orang tuanya sedang sakit.
Akhirnya Mas Mono pun mengambil keputusan yang berani. Memajukan dirinya, keluar dari pekerjaannya sebagai office boy. “Saya tak pernah pakai kata mengundurkan diri ya, karena bagi saya dengan keluar dari pekerjaan itu, berarti saya sedang memajukan diri saya,” katanya tegas. Berjualan gorengan menjadi pilihannya mencari nafkah selepas keluar dari pekerjaannya sebagai office boy. Mas Mono pun keliling dari satu sekolah ke sekolah lain menjajakan gorengannya. Sehari hanya bisa mengantongi uang antara 15 ribu-20 ribu rupiah. Masa-masa yang sulit baginya.
Dan Mas Mono pun mulai meragukan keputusannya berjualan gorengan, ketika ibunya dari Madiun datang mengunjunginya ke Jakarta. Ibunya sedih melihat putra kesayangannya menjadi penjaja gorengan, keliling dari satu tempat ke tempat lain, dari pagi sampai sore hari, hanya mendapatkan uang 20 ribu rupiah. Ibunya lebih suka kalau Mas Mono kerja di kantoran saja, walau hanya sekedar menjadi office boy.
Kesedihan ibunya, menjadi tamparan kedua baginya. Mas Mono pun memutuskan untuk beralih usaha, menjual ayam bakar. Berjualan di kaki lima, tepatnya di jalan Soepomo, seberang kampus Universitas Sahid, Pancoran. Awal berjualan ayam bakar, modalnya 500 ribu rupiah untuk membeli gerobak, dan lima ekor ayam. Malang nian, pertama berjualan, gerobaknya ambruk, ayam-ayamnya pun jatuh. “Rupanya gerobak untuk jualan ayam bakar itu lain dengan gerobak gorengan, harus lebih kokoh karena membawa tempat nasi yang berat,” jelas Mas Mono menganalisa gerobaknya yang ambruk di awal dia berjualan ayam bakar.
“Saya lap ayam-ayam yang jatuh itu satu persatu, biar bisa dijual,” lanjut mas Mono mengenang kisah awalnya berjualan. Waakss.. jorok dong?! teriak ibu-ibu pengajian. “Nggak apa-apa, yang penting kan yang beli nggak tahu kalau ayamnya sudah jatuh,” jawab Mas Mono santai. Pesan moralnya hat-hati kalau jajan di luar, belum tentu kebersihannya terjamin, hahaha.... Lanjut ke cerita Mas Mono, jualan ayam bakar itu dijalaninya dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Jangan berprasangka baik bahwa ayam bakarnya habis setiap jam 2 siang ya, ternyata itu karena jualan di kaki lima itu ada shift-nya. Tiap jam 2 harus gantian dengan penjual lainnya. Jadi laku nggak laku, jam 2 siang itu, Mas Mono harus menutup jualan ayam bakarnya.
Seiring waktu, jualan ayam bakarnya semakin berkembang. Ayam Bakar Mas Mono mulai melayani katering di berbagai kantor. Dua stasiun televisi swasta menjadi langganan tetap kateringnya. Belum lagi melayani katering dari perusahan-perusahaan besar yang mengadakan acara. Sekali order bisa sampai 4000 boks harus dia sedikan. Ayam Bakar Mas Mono pun mulai buka cabang di mana-mana. Karyawannya pun bertambah seiring semakin meluas jaringan usahanya.
“Selama bertahun-tahun saya pakai sistem manajemen laci. Uang hasil jualan saya simpan di laci, begitu mau belanja tinggal buka laci,” jelas Mas Mono ketika ditanya manajemen usahanya. Namun seiring semakin besar usahanya ditambah lagi setelah Mas Mono bergabung dengan Entrepreneur University, maka Ayam Bakar Mas Mono pun memperbaiki sistem manajemennya. Hasilnya tahun 2010, Ayam Bakar Mas Mono sudah bisa mem-franchise-kan usahanya. Suatu prestasi yang besar karena tidak setiap usaha bisa menjadi franchisee.
Walau kini sudah bisa dibilang sebagai pengusaha yang sukses; sudah bisa membangunkan rumah orang tua di kampung, membawa ibunya naik haji bersama, mempunyai mobil mewah, dan tabungan yang mencapai milyar, masih ada yang meragukan tentang usahanya. “Orang-orang kampung itu bilang, masa sih Mono jualan ayam bakar aja bisa kaya begitu?” katanya mengutip omongan tetangganya di kampung. “Mereka nggak tahu kalau saya tak hanya jualan ayam bakar, tapi juga membuka katering,” lanjutnya gemas.
“Orang-orang juga nggak tahu, ketika memulai usaha ini saya harus bangun jam 3 dini hari untuk belanja ke pasar. Jam 4 subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur,” ujar Mas Mono. Menjelaskan kalau kesuksesan yang diraihnya sekarang tidak diperolehnya dengan instan. Tapi diperoleh dengan perjuangan dan kerja keras. Butuh hampir 10 tahun untuk membesarkan Ayam Bakar Mas Mono, dari pertama dia membukanya tahun 2001.
Meneladani Jiwa Wirausaha Rasulullah
Hal senada diungkapkan juga oleh tamu Khairunnisa kedua, bapak Didi Junaidi, pemilik Klinik Laboratorium Primadia. Bahwa semua usaha (bisnis) itu butuh perjuangan yang tak sebentar. Bahkan pak Didi bilang, jiwa wirausaha ini harus dipupuk dari sejak kecil. Seperti Rasulullah Saw yang sudah menjadi pengusaha sejak kecil.Mulai dari bekerja sebagai penggembala kambing. Dilanjut pada usai 12 tahun, mulai ikut berdagang dengan paman beliau, Abu Thalib. Setelah dewasa, beliau pun dipercaya untuk memimpin perniagaan pengusaha sukses saat, Siti Khadijah, yang kemudian menjadi istri beliau.
“Jarang yang tahu, bahwa ketika menikahi Siti Khadijah, Rasulullah memberikan mahar 20 unta muda. Mahar paling besar saat itu. Bahkan sekarang pun masih besar. Kan sekarang kebanyakan pemuda ngasih mahar itu hanya seperangkat alat shalat,” kata pak Didi sambil tertawa. Sayangnya menurut pak Didi, sisi Rasulullah sebagai pengusaha ini jarang dikupas, sehingga tak banyak anak muda yang berminat wirausaha. Kebanyakan mengejar kerja sebagai pegawai di kantoran. Akibatnya jumlah pengusaha di Indonesai masih 0 koma sekian persen. Kalah jauh dari Cina yang hampir di atas 10 persen.
Pak Didi sendiri, sejak kecil sudah terbiasa berjualan di sekolahnya untuk mendapatkan uang saku. Lanjut kuliah, pak Didi beralih usaha fotokopi dan lainnya. Hanya saja selepas kuliah malah terdampar menjadi pegawai di sebuah klinik laboratorium sesuai dengan pendidikannya di Sekolah Analis. “Kerjaan saya waktu itu kayak vampire, ngambilin darah para pasien,” kelakar pak Didi. Namun jiwa wirausahanya tak terbendung. Akhirnya pak Didi pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, membuka usaha klinik sendiri.
Berawal dari mikroskop bekas yang dibelinya, usahanya semakin berkembang. Apalagi setelah bergabung dengan Entrepreneur University (EU), usahanya semakin terarah. Bahkan Klinik Primadia termasuk usaha franchise pertama di bidang kesehatan di Indonesia. Sekarang Klinik Primadia sudah mempunyai cabang di mana-mana. Selain klinik Primadia, pak Didi ternyata merupakan pemegang license Bimbingan Belajar Primagama di seluruah Jawa Barat.
Syukur dan Sedekah sebagai Kunci Sukses
Bila Mas Mono mengatakan kalau kunci suksesnya adalah 3S; Sabar, Syukur, dan Sedekah. Maka pak Didi pun mengatakan hal yang senada. Bahwa pertolongan Allah itu merupakan kunci kesuksesan semua orang. Setiap manusia pasti punya mimpi. Mimpi itu adalah sesuatu yang berusaha diwujudkan, bukan hanya sekedar angan-angan kosong. Tak ada action atau usaha. Setelah itu baru serahkan semuanya pada pertolongan Allah. Dengan memperbaiki dan memperbanyak shalat sebagai bentuk syukur. Memperbanyak bacaan Al-Quran selesai shalat. Dan tak lupa memperbanyak melakukan sedekah disamping membayar zakat sebagai kewajiban. “ Bahkan untuk zakat ini tak cukup hanya 2,5% bila perlu keluarkan zakat sampai 10% dari penghasilan,” tegas pak Didi.
Kunci sukses lain wirausaha adalah keberanian untuk memulainya. Bila tak memulai, bagaimana tahu akan sukses atau gagal. Begitu kata masa Mono yang diamini oleh pak Didi. Gunakan lebih banyak otak kanan, sehingga akan terus termotivasi dan berani. Kalau memakai otak kiri terus maka akan terus banyak pertimbangan dan ragu untuk memulai. Karena menurut mas Mono dan pak Didi terkadang dalam memulai bisnis itu tak perlu banyak pertimbangan. Setelah itu ikut perkumpulan para entrepreneurship, karena tak bisa dipungkiri bahwa untuk memulai dan menjalankan usaha itu pun butuh mentor atau guru.
Ketika usaha sudah mulai berjalan dan mulai menghadapi banyak masalah, maka perbanyak sedekah sebagai penolong. “Terkadang bila saya mau membuat deal, sebelumnya saya selalu sedekah dulu, dalam jumlah yang tak tanggung-tanggung, dan biasanya Allah akan membalasnya berkali bahkan beratus kali lipat,” jelas pak Didi. Dan menurut pak Didi, tak perlu takut tak ikhlas bersedekah bila mengharap pamrih atau ingin dibalas oleh Allah. Karena menurutnya pada siapa lagi kita berpamrih dan meminta bila bukan pada Allah. Dan yakinlah bahwa Allah pasti membalasnya, karena itu sudah janji Allah. “Maka jangan ragu-ragu untuk memberikan sedekah dari harta terbaik kita,” pungkas pak Didi menutup ceramah wirausahanya.
Di akhir ceraramah, mas Mono melakukan hubungan internasional dengan ustadz Yusuf Mansyur di Jakarta. Meminta ustadz Yusuf memotivasi ibu-ibu pengajian Khairunnisa untuk bersedekah sebanyak-banyaknya. Ibu-ibu pun lantas membuka dompetnya masing-masing, tak segan memasukkan uang ke kotak yang spontan disediakan. Dan subhanallah.. saat itu juga terkumpul uang sebesar 165 KD, hampir mencapai 5 juta rupiah. Wow.. jumlah yang sangat besar, karena kotak amal yang diedarkan setiap hari selasa tak pernah disentuh tuh, alhasil isinya pun kosong, hahaha… Semoga selasa-selasa depannya lagi, ibu-ibu tetap rajin bersedekah, tak sekedar karena kedatangan dua eh tiga bapak ganteng… menurut istrinya masing-masing tentunyaJ

Sunday, February 27, 2011

Sepulang Menonton Pawai

Hari ini kemeriahan kemerdekaan Kuwait masih berlangsung. Setelah pesta kembang api yang spektakuler pada Jumat malam kemarin, hari ini parade di sepanjang gulf road. Entah kenapa setiap mendengar kata parade, pawai, atau karnaval, ingatan saya selalu melayang ke masa-masa kecil dulu. Saat-saat ketika menunggu pawai agustusan di kota tercinta.
Pawainya sih biasa saja, dari tahun ke tahun selalu sama, rasanya tak ada yang luarrr biasaa. Barisan orang dengan baju putih-putih berkopiah hitam dan berdasi merah putih. Barisan para PNS (pegawai negeri sipil), para pemuda yang membawa bendera merah putih, ibu bapak tani membawa ‘boboko’ dan ketel, dan para sepuh yang bersepeda kumbang. Dibelakangnya biasanya ada iring-iringan mobil hias. Ada yang dihias menjadi mobil tank, kapal terbang, atau ditempeli berbagai macam hasil panen seperti padi, jagung, dan aneka buah-buahan yang jadi unggulan desa masing-masing.
Dan bila iringan pawai itu sampai di podium kehormatan yang ditempati bupati dan jajarannya, mereka akan berhenti sebentar, kemudian menunjukkan atraksinya masing-masing. Ada yang main pencak silat, akrobatik, main musik, nari, dan lainnya. Seperti itulah kemeriahan pawai yang lekat di benak saya. Hingga sekarang telah mempunyai anak dua, tetap selalu antusias untuk menontonnya. Bela-belain nunggu dari pagi dan panas-panasan dipanggang terik matahari.
Saat pulang pasti misuh-misuh.. uh pawainya gitu-gitu aja gak ada yang aneh, nyesel deh nonton, dapat capainya aja, tahun depan gak mau nonton lagi. Tapi janji itu ya tinggal janji doang, tahun depannya tetap nonton lagi,hehehe.... Capainya dan kesalnya itu hanya saat nontonnya saja, esok harinya pasti sudah lupa. Tapi kesan dan kepuasan menontonnya itu terus melekat di ingatan, menjadi sebuah kenangan indah dari masa kanak-kanak. Betul begitu bukan kawan?
Bahkan, ketika itu, seneng banget nonton acara parade bunga Pasadena yang disiarin TVRI. Jadi acara favorit deh. Selain nonton sirkus tentunya:) Betah berjam-jam nongkrong di depan tv, sambil mengkhayal kapan ya bisa nonton langsung tak hanya sekedar nonton di televisi. Sayang sampai sekarang belum kesampaian dua cita-cita itu, nonton parade bunga dan nonton sirkus, sirkus yang di dalam tenda besar itu lhoo:), semoga suatu hari nanti ya. amiin...
Selain pawai, pasar malam juga menjadi kenangan tersendiri dari masa kecil dulu . Hanya saja pasar malam ini tak selalu mampir di kampung saya, bahkan setahun sekali pun tidak. Hingga kedatangannya selalu ditunggu-tunggu. Naik ontang-anting, kincir raksasa, ‘ombak banyu’, dan permainan lainnya. Aneka jajanan tumpah ruah. Lalu lalang orang yang tertawa dan berteriak histeris. Sebut saya gila, tapi entahlah sampai usia tua begini, tiap melihat pasar malam, rasanya seperti melihat sesuatu yang waah. Membangkitkan semua jiwa kanak-kanak, beban hidup rasanya seperti menguap begitu saja, hehehe...
Terkadang, saya juga merindukan suasana nonton layar tancap. Kemeriahannya sama dengan pasar malam. Hanya saja tak ada aneka permainan. Yang ada layar besar di tengah lapangan, biasanya menayangkan film komedi warkop atau film silat. Ramai-ramai nonton berkerudung kain sarung, duduk di tikar, atau duduk begitu saja di atas rumput. Sambil menikmati gurihnya serabi, kacang rebus, dan hangatnya bajigur. Ahh... sayang masa itu tak mungkin terulang, mana ada sekarang layar tancap. Sudah berganti organ tunggal atau dangdutan. Lagipula stasiun televisi pun sudah banyak menayangkan film, cd bajakan juga banyakJ, atau yang keren dikit nonton di bioskop.
Oya, kemeriahan bulan puasa Ramadhan juga menjadi saat-saat yang ditunggu. Malam-malam setelah shalat tarawih dilanjut dengan tadarus yang riuh rendah, lantas berpindah ke lapangan, menyalakan kembang api dan ‘percon’. Dan bila sahur tiba, suasan dini hari yang sepi pun pecah oleh aneka bunyi kentongan dan teriakan sahur bersahutan. Sayang sekarang sudah diganti oleh organ tunggal yang nyanyi dangdutanL Bila malam Ied tiba, biasanya ada pawai obor yang meriah dengan takbir yang tak henti. Rindu..selalu rindu suasana Ramadhan itu walau terkadang suka lelah dengan shalat tarawihnya yang lama dan banyak, hahahaha....
Itulah kenangan-kenangan kecil yang terus melekat di ingatan dan sepertinya ingin terus diulang. Lantas tak ada salahnya bukan, bila kemudian ingin membagi kenangan-kenangan itu dengan anak-anak tercinta. Ingin memperlihatkan pada mereka kemeriahan suasana pawai, spektakulernya kembang api, atau meriahnya suasana Ramadhan. Ingin mereka juga punya memori indah yang tak lekang dari ingatan. Tak sekedar hanya menonton kartun atau main game dan komputer. Ingin mereka tahu bahwa ada sesuatu yang lebih indah dari sekedar terpaku di depan komputer atau televisi. Bahwa berkumpul dengan orang banyak di alam terbuka, lebih indah dan menyenangkan daripada bergelut sendirian dengan benda matiJ
Memang benar akan terasa melelahkan. Capai harus terjebak kemacetan karena orang ramai berkumpul di suatu tempat. Bahkan tak jarang harus jalan kaki ke tempat acara, karena kendaraan tak boleh lewat. Kesal karena harus berdesak-desakan dengan orang banyak. Belum lagi rasa was-was takut terjadi rusuh atau keributan. Tapi percaya deh, capai dan kesalnya hanya saat itu saja. Semua rasa lelah itu akan terbayar tuntas dengan kegembiraan yang spontanitas. Akan menguap dengan melihat ketakjuban di wajah anak-anak, yang melihat sesuatu yang lain dari biasanya mereka lihat. Yakinlah juga, mereka pasti akan mengingatnya terus, menyimpannya rapi di ingatan, menjadi suatu kenangan yang tak terlupakan bagi mereka.
Jadi jangan heran - ketika dalam menyambut kemerdekan 50 tahun ini, Kuwait mengadakan pesta kembang api dan pawai - saya paling semangat mengajak anak-anak buat menontonnya. Tugas terberat sih sebenarnya membujuk bapaknya anak-anak untuk mau mengantar nonton, hahaha... Sayangnya semua momen itu terlewat, bahkan ketika hari ini sudah semangat 98 buat menonton pawai, sudah dapat spot yang strategis, eh pawainya terlewat karena keasyikan makan siang. Hanya dapat iring-iringan mobil biasa dengan anak-anak yang menyemprotkan water gun... dan helikopter yang melintas di atas kepala. Itu saja! Aaragghhhh....
Kesimpulannya, tulisan ini adalah terapi dari kekecewaan karena tak jadi nonton pawai kemerdekaan Kuwait. Kecewaaa sekali, karena sepanjang jalan, Faiz terus saja bertanya, pawai itu apa bunda? Jadi kita mau lihat apa tadi? Duh.. makin sedih deh. Pedih, perih, kesal, sakit hati, pokoknya pengen nangis meraung-raung dehJ Buat kawan-kawan yang tadi nonton pawai, dan yang sebelumnya udah nonton kembang api, selamat ya Anda beruntung, hohoho...
Sabar ya nak, nanti liburan ke Indonesia, kita puas-puasin nonton pawai agustusan, nonton kembang api, ikut pawai obor, berburu belalang di sawah, mandi di sungai, nangkap ikan di kolam... lo..lo..dari pawai kok jadi ke sawah, kumaha ieu teh? Pokoknya judulnya kita back to nature lah, no game, no tv, no komputer, ya..ya..mau kan?! Tapi kalo bundanya sih boleh main komputer buat update status di fesbuk sama twiter, jangan protes yaaa kan bunda udah puas main itu waktu kecil, ocreeee, hahahhaaa..... Ahhh.. sudahlah saya sudahi saja tulisan ini sebelum benar-benar jadi streessss.

[faiz] My Holiday Weekend

On Saturday I went to 360 mall. It was a fun place. My Dad are looking some clothes. Then my dad saw a nice clothes. I said to my dad “it is nice”. My dad buyed two or three maybe. After that I buyyed five pair of sokcs. My mom buyyed clothes to. But me my dad and my baby brother bought some gingerbreadman. My bad went outside with me and my baby brother. My baby and me were eating the gingerbreadman. But I think it is not delishus. But my baby likes it. When my mom had finish shopping my mom and dad let me buy a toy for me and my baby. Fianly ate noodle and I went home. But it was still morning so I played games and mom and dad and my baby watched movie. It was for adult.
Minggu yang lalu, 20 Feb 2011, sangat surprise ketika memeriksa tas sekolah Faiz menemukan secarik kertas yang berisi tulisan di atas. Setiap awal minggu, di kelas Faiz di BSK (British School of Kuwait), anak-anak disuruh menuliskan kegiatan mereka selama liburan. Kadangkala beberapa anak disuruh ke depan kelas untuk membacakan cerita mereka. Kami tahu kegiatan ini dari cerita gurunya waktu konsultasi orang tua-guru. Miss Carole, gurunya Faiz di year 2 ini, memperlihatkan beberapa tulisan Faiz juga, namun kami tak sempat membacanya dengan seksama, karena waktu konsultasi yang mepet. Biasanya sih hanya melihat, “wow karangannya banyak juga ya, sampai satu halaman penuh, bisa juga sulungku itu cerita,hahaha”.
Makanya agak heran juga ketika melihat tulisan ‘weekend’ dia terselip di tas. Waktu melihat bunda dan ayahnya membaca tulisannya, Faiz buru-buru bilang, kalo itu boongan (maksudnya tulisan yg benarnya sudah dikasih ke gurunya, itu hanya coret-coret dia, semacam draft kali ya,hehee..). Aku dan suami membacanya bergantian, sambil tersenyum-senyum geli. Miris juga sekaligus. Karena pasti tulisan weekend-nya Faiz selalu tentang shopping ke mal, la wong hampir tiap minggu jalan-jalannya ke mal. Lagi winter begini, jarang sekali kami pergi ke pantai atau taman, selain dingin, anginnya membuat nggak enak badan.
Di tulisannya ini, memang masih banyak kesalahan terutama soal spelling dan grammar-nya. Tanda bacanya juga masih keteteran. Tapi setidaknya Faiz sudah bisa menuliskan isi pikirannya. Menuangkannya dalam urutan yang jelas, sehingga orang lain yang membacanya bisa mengerti apa yang ingin dia ceritakan lewat tulisannya itu. Untuk anak year 2 setara kelas 1 kalau di Indonesia, kami takjub juga mereka sudah diajarkan menulis bebas begini. Selain mengarang bebas, mereka juga disuruh menulis cerita dari gambar yang diberikan. Biasanya ada sekitar 3 gambar bercerita.
Ada kalanya malah disuruh mengarang dan menggambar ilustrasinya sekaligus. Tak heran belakangan ini Faiz senang sekali membuat ‘buku komik’ sendiri. Jadi sepulang sekolah, dia ambil beberapa kertas HVS, dilipat 2 lantas dijepret. Setelah itu biasanya dia serius gambar dan nulis dialognya. Ceritanya sih nggak jauh dari monster atau misi-misi berbahaya, maklum anak cowok:))
Yang menarik dari sistem pelajaran british school ini adalah mengajarkan anak belajar menggambar secara tidak langsung. Setiap pertanyaan biasanya meminta dijawab pakai ilustrasi juga. Misalnya, tulis dan gambar makanan kesukaanmu. Waktu belajar tentang ‘movement’ suruh gambar anak lagi main slide atau main ayunan. Gubrak deh, bundanya aja gak bisa tuh kalo disuruh gambar,hahaha. Walhasil jawabannya ya gambar-gambar lucu begitu. Acak kadut lah bikin ketawa.
Tapi lama-lama Faiz jadi terbiasa gambar, kerjanya tiap hari pulang dari sekolah, ya coret-coret kertas, gambar-gambar. Kadang pakai cat air buat warnainnya. Alhasil di rumah tiap hari bertebaran kertas-kertas karena adiknya juga jadi ikut-ikutan. Bahkan baru-baru ini dia bilang kalau ingin belajar gambar, padahal dulu disuruh les gambar, nolaknya setengah matiJ
Kembali ke tulisan weekend Faiz, yang membuat aku dan suami tersenyum-senyum geli sekaligus malu, adalah bagian shoppingnya itu lo. Jadi ketauan deh kalo suka belanja, beli baju sekaligus tiga lagi, hahaha... Padahal itu hanya karena lagi sale saja, mumpung lagi murah meriah, baju-baju branded didiskon setengah harganya. Bagian terakhir tulisannya juga bikin kami semaput, “It was for adult”. Waduh apa nanti persepsi gurunya, dikiranya kami nonton film apaan gitu, hehehe. Waktu itu ayahnya nonton film yang banyak adegan kelahi sama darahnya, trus dibilangin kalo Faiz dan Fadhil jangan nonton, ini filmnya ayah sama bundaJ Jadi memang benar sih it was or adult, hahahaha....

Friday, February 25, 2011

[puisi] Seperti Buih di Lautan

Ya Rasulullah salam a’laik

Begitu ku merindu pertemuan denganmu

Agar bisa kurebahkan kepalaku di pangkuanmu

Mengadukan segala kesahku


Betapa aku membutuhkan hadirmu

Menjawab segala bimbangku

Apa yang harus ku lakukan?

Aku merasa sepi dan terasing di tengah saudaraku sendiri

 
Begitu banyak yang mengagungkan namamu

Begitu banyak yang mengikuti risalahmu

Namun seperti sabdamu:

“Semuanya seperti buih di lautan!”


Kami berdebat soal khilafiyah

Kami bertengkar merasa yang paling benar mengikutimu

Kami di adu domba oleh mereka yang sejak dulu tak pernah menyukaimu

Lantas... kami bimbang berdiri di persimpangan


Ya Rasulullah

Betapa aku iri pada para sahabat yang hidup di zamanmu

Yang bisa lari kepadamu ketika masalah datang

Yang tak ragu dan bimbang akan suatu perkara


Karena ada dirimu yang menjadi hakim dan jaksa nan adil!

 
Ya Rasulullah

Betapa aku mencintaimu

Karena ku tahu kau mencintaiku sangat

Mencintai kami... umatmu


Aku tahu betapa risau dirimu

Ketika malaikat maut menjemputmu

Bukan harta yang kau cemaskan

Bukan pula istri dan putri yang kau khawatiri


Namun kami: “Umatku... umatku...umatku!”

Begitu bisikmu lirih penuh kasih dan was was

Karena kau tahu, betapa berat perjuangan kami

Umatmu yang terlampau abad jaraknya denganmu


Begitu banyak fitnah yang kami terima

Begitu banyak ujian yang mengguncang keimanan kami

Begitu banyak ketidakadilan yang kami terima

Hanya karena kami mencintaimu dan mencoba setia padamu


Ya Rasulullah

Aku tak tahu sudah benarkah kini jalanku?

Yang ku tahu aku begitu mencintaimu

Merindukan pertemuan denganmu


Aku tak tahu apakah aku termasuk umatmu

Yang kelak akan kau berikan syafaat di padang mahsyar

Yang ku tahu aku begitu mencintaimu

Begitu ingin melihat wajahmu


Yang ku tahu sekarang adalah terus berpegang erat padamu

Pada dua pusaka yang kau tinggalkan

Bukan gunung emas atau lautan uang

Tapi pedoman hidup kami: AL-Quran dan As-Sunah!
 

Note: puisi yang dibacakan pada pengajian selasa Khairunnisa, 22 Feb 2011. Pengajian hari itu berbeda biasanya,karena ada kunjungan silaturahmi balasan dari pengajian para perawat Reggae-Kuwait. Di akhir acara ada persembahan lagu dan pembacaan puisi ini. Proses penulisan puisi ini cepat, di pagi hari sebelum menyiapkan sulungku sekolah, sehari sebelumnya. Tapi mikir ide-nya semalaman, sampai kebawa mimpi dan tidur pun tak nyenyak:)

Monday, February 21, 2011

[flashfiction] Kunci Rumah

“Kamu, bener-bener payah Ma, ini kunci cadangan kita yang terakhir, setelah dua kunci rumah kamu hilangkan juga!”

“Maaf Pa, tapi seingat Mama tadi naruhnya di saku celana.”

“Kenapa naruh di situ, gak tahu apa kalo naruh di saku pasti jatuh?! Aarghhh…!!” Teriak Handoko kesal dan marah. Tatapan matanya melotot ke arah istrinya yang sedang sibuk mengaduk-aduk isi tasnya, mencari kunci rumah mereka.

“Sekarang gimana coba? Mau didobrak, dan itu berarti semalaman rumah kita tanpa pintu?”

“Sabar dong, ini kan sedang dicari?” teriak balik istrinya yang mulai terlihat kesal dan panik.

“Sabar..sabar.. lupamu itu sudah kelewatan, Ma. Sebelumnya kunci terjatuh di taksi, coba kalo supirnya jahat, bisa dipake buat rampok rumah kita. Sebelumnya juga lupa matiin kompor sampai pancinya hangus, nyaris saja kita kehilangan rumah dan isinya”.

“Kok kamu jadi ngungkit-ngungkit gitu sih, aku kan sedang nyari, bukannya bantuin, malah ngomel.”

“Aku ngomel karena kamu tuh gak pernah dengar omonganku. Berkali-kali kubilang, simpan kunci di tas ato dompet, biar tidak jatuh. Masih saja ngeyel nyimpan di saku celana. Sebentar lagi kayaknya kamu bakal lupa sama anak dan suamimu sendiri."

“Kok kamu gitu sih Pa, ngomongnya. Kamu keterlaluan,” jerit istrinya sambil berlari meninggalkan dia dan anak-anaknya.

Melilhat itu amarah Handoko semakin meluap. Dia merasa dilecehkan oleh istrinya. Tak digubris tangisan kedua anaknya. Segera dia memijit speed dial istrinya, namun tak kunjung ada jawaban. Lima kali dia mencoba, namun hasilnya nihil. Aarghhh.. Handoko menjerit dalam hati melampiaskan segala rasa marahnya pada sang istri.

Namun tangisan kedua anaknya yang semakin keras dan para tetangga yang sekarang mengerubunginya, membuat akal sehatnya kembali. Handoko pun nekat menjebol pintu rumahnya, lebih baik terjaga semalaman di depan pintu yang tak berdaun, daripada harus tidur di rumah tetangga dengan rentetan pertanyaan dari mereka.

Dua jam berlalu, istrinya tak kunjung datang. Teleponnya pun tak ada sahutan. Handoko merutuki istrinya dalam hati. Serentetan omelan siap keluar dari bibirnya ketika hp-nya berdering dengan no istrinya berkedip di layar ponsel. Namun mulutnya mendadak kelu, dan dengan kekuatan yang tak terduga, dia segera berlari mengendarai mobilnya. Istrinya kecelakaan, dan sekarang ada di rumah sakit. Begitu kata polisi yang menelpon lewat ponsel istrinya.

Kesal dan marah Handoko berubah sesal, dan segera menguap menjadi kelegaan tak terkira, ketika dilihat istrinya sedang duduk di ranjang rumah sakit. Tak kurang suatu apa. Hanya ada perban di dahinya. Istrinya terlihat cantik, Handoko pun berlari menghampirinya, siap untuk memeluknya.

“Ma, Mama tidak apa-apa kan? Syukurlah. Maafkan Papa ya!”

Istrinya terlihat kaget, bangkit dari duduknya, menghindari pelukannya. Sebuah logam jatuh dari pangkuan istrinya. Kunci rumahnya!!! Gemerincing bunyinya ketika menyentuh lantai. Pelan saja. Sepelan suara istinya.

“Kamu siapa??!”
(irfach)