Sunday, February 27, 2011

Sepulang Menonton Pawai

Hari ini kemeriahan kemerdekaan Kuwait masih berlangsung. Setelah pesta kembang api yang spektakuler pada Jumat malam kemarin, hari ini parade di sepanjang gulf road. Entah kenapa setiap mendengar kata parade, pawai, atau karnaval, ingatan saya selalu melayang ke masa-masa kecil dulu. Saat-saat ketika menunggu pawai agustusan di kota tercinta.
Pawainya sih biasa saja, dari tahun ke tahun selalu sama, rasanya tak ada yang luarrr biasaa. Barisan orang dengan baju putih-putih berkopiah hitam dan berdasi merah putih. Barisan para PNS (pegawai negeri sipil), para pemuda yang membawa bendera merah putih, ibu bapak tani membawa ‘boboko’ dan ketel, dan para sepuh yang bersepeda kumbang. Dibelakangnya biasanya ada iring-iringan mobil hias. Ada yang dihias menjadi mobil tank, kapal terbang, atau ditempeli berbagai macam hasil panen seperti padi, jagung, dan aneka buah-buahan yang jadi unggulan desa masing-masing.
Dan bila iringan pawai itu sampai di podium kehormatan yang ditempati bupati dan jajarannya, mereka akan berhenti sebentar, kemudian menunjukkan atraksinya masing-masing. Ada yang main pencak silat, akrobatik, main musik, nari, dan lainnya. Seperti itulah kemeriahan pawai yang lekat di benak saya. Hingga sekarang telah mempunyai anak dua, tetap selalu antusias untuk menontonnya. Bela-belain nunggu dari pagi dan panas-panasan dipanggang terik matahari.
Saat pulang pasti misuh-misuh.. uh pawainya gitu-gitu aja gak ada yang aneh, nyesel deh nonton, dapat capainya aja, tahun depan gak mau nonton lagi. Tapi janji itu ya tinggal janji doang, tahun depannya tetap nonton lagi,hehehe.... Capainya dan kesalnya itu hanya saat nontonnya saja, esok harinya pasti sudah lupa. Tapi kesan dan kepuasan menontonnya itu terus melekat di ingatan, menjadi sebuah kenangan indah dari masa kanak-kanak. Betul begitu bukan kawan?
Bahkan, ketika itu, seneng banget nonton acara parade bunga Pasadena yang disiarin TVRI. Jadi acara favorit deh. Selain nonton sirkus tentunya:) Betah berjam-jam nongkrong di depan tv, sambil mengkhayal kapan ya bisa nonton langsung tak hanya sekedar nonton di televisi. Sayang sampai sekarang belum kesampaian dua cita-cita itu, nonton parade bunga dan nonton sirkus, sirkus yang di dalam tenda besar itu lhoo:), semoga suatu hari nanti ya. amiin...
Selain pawai, pasar malam juga menjadi kenangan tersendiri dari masa kecil dulu . Hanya saja pasar malam ini tak selalu mampir di kampung saya, bahkan setahun sekali pun tidak. Hingga kedatangannya selalu ditunggu-tunggu. Naik ontang-anting, kincir raksasa, ‘ombak banyu’, dan permainan lainnya. Aneka jajanan tumpah ruah. Lalu lalang orang yang tertawa dan berteriak histeris. Sebut saya gila, tapi entahlah sampai usia tua begini, tiap melihat pasar malam, rasanya seperti melihat sesuatu yang waah. Membangkitkan semua jiwa kanak-kanak, beban hidup rasanya seperti menguap begitu saja, hehehe...
Terkadang, saya juga merindukan suasana nonton layar tancap. Kemeriahannya sama dengan pasar malam. Hanya saja tak ada aneka permainan. Yang ada layar besar di tengah lapangan, biasanya menayangkan film komedi warkop atau film silat. Ramai-ramai nonton berkerudung kain sarung, duduk di tikar, atau duduk begitu saja di atas rumput. Sambil menikmati gurihnya serabi, kacang rebus, dan hangatnya bajigur. Ahh... sayang masa itu tak mungkin terulang, mana ada sekarang layar tancap. Sudah berganti organ tunggal atau dangdutan. Lagipula stasiun televisi pun sudah banyak menayangkan film, cd bajakan juga banyakJ, atau yang keren dikit nonton di bioskop.
Oya, kemeriahan bulan puasa Ramadhan juga menjadi saat-saat yang ditunggu. Malam-malam setelah shalat tarawih dilanjut dengan tadarus yang riuh rendah, lantas berpindah ke lapangan, menyalakan kembang api dan ‘percon’. Dan bila sahur tiba, suasan dini hari yang sepi pun pecah oleh aneka bunyi kentongan dan teriakan sahur bersahutan. Sayang sekarang sudah diganti oleh organ tunggal yang nyanyi dangdutanL Bila malam Ied tiba, biasanya ada pawai obor yang meriah dengan takbir yang tak henti. Rindu..selalu rindu suasana Ramadhan itu walau terkadang suka lelah dengan shalat tarawihnya yang lama dan banyak, hahahaha....
Itulah kenangan-kenangan kecil yang terus melekat di ingatan dan sepertinya ingin terus diulang. Lantas tak ada salahnya bukan, bila kemudian ingin membagi kenangan-kenangan itu dengan anak-anak tercinta. Ingin memperlihatkan pada mereka kemeriahan suasana pawai, spektakulernya kembang api, atau meriahnya suasana Ramadhan. Ingin mereka juga punya memori indah yang tak lekang dari ingatan. Tak sekedar hanya menonton kartun atau main game dan komputer. Ingin mereka tahu bahwa ada sesuatu yang lebih indah dari sekedar terpaku di depan komputer atau televisi. Bahwa berkumpul dengan orang banyak di alam terbuka, lebih indah dan menyenangkan daripada bergelut sendirian dengan benda matiJ
Memang benar akan terasa melelahkan. Capai harus terjebak kemacetan karena orang ramai berkumpul di suatu tempat. Bahkan tak jarang harus jalan kaki ke tempat acara, karena kendaraan tak boleh lewat. Kesal karena harus berdesak-desakan dengan orang banyak. Belum lagi rasa was-was takut terjadi rusuh atau keributan. Tapi percaya deh, capai dan kesalnya hanya saat itu saja. Semua rasa lelah itu akan terbayar tuntas dengan kegembiraan yang spontanitas. Akan menguap dengan melihat ketakjuban di wajah anak-anak, yang melihat sesuatu yang lain dari biasanya mereka lihat. Yakinlah juga, mereka pasti akan mengingatnya terus, menyimpannya rapi di ingatan, menjadi suatu kenangan yang tak terlupakan bagi mereka.
Jadi jangan heran - ketika dalam menyambut kemerdekan 50 tahun ini, Kuwait mengadakan pesta kembang api dan pawai - saya paling semangat mengajak anak-anak buat menontonnya. Tugas terberat sih sebenarnya membujuk bapaknya anak-anak untuk mau mengantar nonton, hahaha... Sayangnya semua momen itu terlewat, bahkan ketika hari ini sudah semangat 98 buat menonton pawai, sudah dapat spot yang strategis, eh pawainya terlewat karena keasyikan makan siang. Hanya dapat iring-iringan mobil biasa dengan anak-anak yang menyemprotkan water gun... dan helikopter yang melintas di atas kepala. Itu saja! Aaragghhhh....
Kesimpulannya, tulisan ini adalah terapi dari kekecewaan karena tak jadi nonton pawai kemerdekaan Kuwait. Kecewaaa sekali, karena sepanjang jalan, Faiz terus saja bertanya, pawai itu apa bunda? Jadi kita mau lihat apa tadi? Duh.. makin sedih deh. Pedih, perih, kesal, sakit hati, pokoknya pengen nangis meraung-raung dehJ Buat kawan-kawan yang tadi nonton pawai, dan yang sebelumnya udah nonton kembang api, selamat ya Anda beruntung, hohoho...
Sabar ya nak, nanti liburan ke Indonesia, kita puas-puasin nonton pawai agustusan, nonton kembang api, ikut pawai obor, berburu belalang di sawah, mandi di sungai, nangkap ikan di kolam... lo..lo..dari pawai kok jadi ke sawah, kumaha ieu teh? Pokoknya judulnya kita back to nature lah, no game, no tv, no komputer, ya..ya..mau kan?! Tapi kalo bundanya sih boleh main komputer buat update status di fesbuk sama twiter, jangan protes yaaa kan bunda udah puas main itu waktu kecil, ocreeee, hahahhaaa..... Ahhh.. sudahlah saya sudahi saja tulisan ini sebelum benar-benar jadi streessss.

[faiz] My Holiday Weekend

On Saturday I went to 360 mall. It was a fun place. My Dad are looking some clothes. Then my dad saw a nice clothes. I said to my dad “it is nice”. My dad buyed two or three maybe. After that I buyyed five pair of sokcs. My mom buyyed clothes to. But me my dad and my baby brother bought some gingerbreadman. My bad went outside with me and my baby brother. My baby and me were eating the gingerbreadman. But I think it is not delishus. But my baby likes it. When my mom had finish shopping my mom and dad let me buy a toy for me and my baby. Fianly ate noodle and I went home. But it was still morning so I played games and mom and dad and my baby watched movie. It was for adult.
Minggu yang lalu, 20 Feb 2011, sangat surprise ketika memeriksa tas sekolah Faiz menemukan secarik kertas yang berisi tulisan di atas. Setiap awal minggu, di kelas Faiz di BSK (British School of Kuwait), anak-anak disuruh menuliskan kegiatan mereka selama liburan. Kadangkala beberapa anak disuruh ke depan kelas untuk membacakan cerita mereka. Kami tahu kegiatan ini dari cerita gurunya waktu konsultasi orang tua-guru. Miss Carole, gurunya Faiz di year 2 ini, memperlihatkan beberapa tulisan Faiz juga, namun kami tak sempat membacanya dengan seksama, karena waktu konsultasi yang mepet. Biasanya sih hanya melihat, “wow karangannya banyak juga ya, sampai satu halaman penuh, bisa juga sulungku itu cerita,hahaha”.
Makanya agak heran juga ketika melihat tulisan ‘weekend’ dia terselip di tas. Waktu melihat bunda dan ayahnya membaca tulisannya, Faiz buru-buru bilang, kalo itu boongan (maksudnya tulisan yg benarnya sudah dikasih ke gurunya, itu hanya coret-coret dia, semacam draft kali ya,hehee..). Aku dan suami membacanya bergantian, sambil tersenyum-senyum geli. Miris juga sekaligus. Karena pasti tulisan weekend-nya Faiz selalu tentang shopping ke mal, la wong hampir tiap minggu jalan-jalannya ke mal. Lagi winter begini, jarang sekali kami pergi ke pantai atau taman, selain dingin, anginnya membuat nggak enak badan.
Di tulisannya ini, memang masih banyak kesalahan terutama soal spelling dan grammar-nya. Tanda bacanya juga masih keteteran. Tapi setidaknya Faiz sudah bisa menuliskan isi pikirannya. Menuangkannya dalam urutan yang jelas, sehingga orang lain yang membacanya bisa mengerti apa yang ingin dia ceritakan lewat tulisannya itu. Untuk anak year 2 setara kelas 1 kalau di Indonesia, kami takjub juga mereka sudah diajarkan menulis bebas begini. Selain mengarang bebas, mereka juga disuruh menulis cerita dari gambar yang diberikan. Biasanya ada sekitar 3 gambar bercerita.
Ada kalanya malah disuruh mengarang dan menggambar ilustrasinya sekaligus. Tak heran belakangan ini Faiz senang sekali membuat ‘buku komik’ sendiri. Jadi sepulang sekolah, dia ambil beberapa kertas HVS, dilipat 2 lantas dijepret. Setelah itu biasanya dia serius gambar dan nulis dialognya. Ceritanya sih nggak jauh dari monster atau misi-misi berbahaya, maklum anak cowok:))
Yang menarik dari sistem pelajaran british school ini adalah mengajarkan anak belajar menggambar secara tidak langsung. Setiap pertanyaan biasanya meminta dijawab pakai ilustrasi juga. Misalnya, tulis dan gambar makanan kesukaanmu. Waktu belajar tentang ‘movement’ suruh gambar anak lagi main slide atau main ayunan. Gubrak deh, bundanya aja gak bisa tuh kalo disuruh gambar,hahaha. Walhasil jawabannya ya gambar-gambar lucu begitu. Acak kadut lah bikin ketawa.
Tapi lama-lama Faiz jadi terbiasa gambar, kerjanya tiap hari pulang dari sekolah, ya coret-coret kertas, gambar-gambar. Kadang pakai cat air buat warnainnya. Alhasil di rumah tiap hari bertebaran kertas-kertas karena adiknya juga jadi ikut-ikutan. Bahkan baru-baru ini dia bilang kalau ingin belajar gambar, padahal dulu disuruh les gambar, nolaknya setengah matiJ
Kembali ke tulisan weekend Faiz, yang membuat aku dan suami tersenyum-senyum geli sekaligus malu, adalah bagian shoppingnya itu lo. Jadi ketauan deh kalo suka belanja, beli baju sekaligus tiga lagi, hahaha... Padahal itu hanya karena lagi sale saja, mumpung lagi murah meriah, baju-baju branded didiskon setengah harganya. Bagian terakhir tulisannya juga bikin kami semaput, “It was for adult”. Waduh apa nanti persepsi gurunya, dikiranya kami nonton film apaan gitu, hehehe. Waktu itu ayahnya nonton film yang banyak adegan kelahi sama darahnya, trus dibilangin kalo Faiz dan Fadhil jangan nonton, ini filmnya ayah sama bundaJ Jadi memang benar sih it was or adult, hahahaha....

Friday, February 25, 2011

[puisi] Seperti Buih di Lautan

Ya Rasulullah salam a’laik

Begitu ku merindu pertemuan denganmu

Agar bisa kurebahkan kepalaku di pangkuanmu

Mengadukan segala kesahku


Betapa aku membutuhkan hadirmu

Menjawab segala bimbangku

Apa yang harus ku lakukan?

Aku merasa sepi dan terasing di tengah saudaraku sendiri

 
Begitu banyak yang mengagungkan namamu

Begitu banyak yang mengikuti risalahmu

Namun seperti sabdamu:

“Semuanya seperti buih di lautan!”


Kami berdebat soal khilafiyah

Kami bertengkar merasa yang paling benar mengikutimu

Kami di adu domba oleh mereka yang sejak dulu tak pernah menyukaimu

Lantas... kami bimbang berdiri di persimpangan


Ya Rasulullah

Betapa aku iri pada para sahabat yang hidup di zamanmu

Yang bisa lari kepadamu ketika masalah datang

Yang tak ragu dan bimbang akan suatu perkara


Karena ada dirimu yang menjadi hakim dan jaksa nan adil!

 
Ya Rasulullah

Betapa aku mencintaimu

Karena ku tahu kau mencintaiku sangat

Mencintai kami... umatmu


Aku tahu betapa risau dirimu

Ketika malaikat maut menjemputmu

Bukan harta yang kau cemaskan

Bukan pula istri dan putri yang kau khawatiri


Namun kami: “Umatku... umatku...umatku!”

Begitu bisikmu lirih penuh kasih dan was was

Karena kau tahu, betapa berat perjuangan kami

Umatmu yang terlampau abad jaraknya denganmu


Begitu banyak fitnah yang kami terima

Begitu banyak ujian yang mengguncang keimanan kami

Begitu banyak ketidakadilan yang kami terima

Hanya karena kami mencintaimu dan mencoba setia padamu


Ya Rasulullah

Aku tak tahu sudah benarkah kini jalanku?

Yang ku tahu aku begitu mencintaimu

Merindukan pertemuan denganmu


Aku tak tahu apakah aku termasuk umatmu

Yang kelak akan kau berikan syafaat di padang mahsyar

Yang ku tahu aku begitu mencintaimu

Begitu ingin melihat wajahmu


Yang ku tahu sekarang adalah terus berpegang erat padamu

Pada dua pusaka yang kau tinggalkan

Bukan gunung emas atau lautan uang

Tapi pedoman hidup kami: AL-Quran dan As-Sunah!
 

Note: puisi yang dibacakan pada pengajian selasa Khairunnisa, 22 Feb 2011. Pengajian hari itu berbeda biasanya,karena ada kunjungan silaturahmi balasan dari pengajian para perawat Reggae-Kuwait. Di akhir acara ada persembahan lagu dan pembacaan puisi ini. Proses penulisan puisi ini cepat, di pagi hari sebelum menyiapkan sulungku sekolah, sehari sebelumnya. Tapi mikir ide-nya semalaman, sampai kebawa mimpi dan tidur pun tak nyenyak:)

Monday, February 21, 2011

[flashfiction] Kunci Rumah

“Kamu, bener-bener payah Ma, ini kunci cadangan kita yang terakhir, setelah dua kunci rumah kamu hilangkan juga!”

“Maaf Pa, tapi seingat Mama tadi naruhnya di saku celana.”

“Kenapa naruh di situ, gak tahu apa kalo naruh di saku pasti jatuh?! Aarghhh…!!” Teriak Handoko kesal dan marah. Tatapan matanya melotot ke arah istrinya yang sedang sibuk mengaduk-aduk isi tasnya, mencari kunci rumah mereka.

“Sekarang gimana coba? Mau didobrak, dan itu berarti semalaman rumah kita tanpa pintu?”

“Sabar dong, ini kan sedang dicari?” teriak balik istrinya yang mulai terlihat kesal dan panik.

“Sabar..sabar.. lupamu itu sudah kelewatan, Ma. Sebelumnya kunci terjatuh di taksi, coba kalo supirnya jahat, bisa dipake buat rampok rumah kita. Sebelumnya juga lupa matiin kompor sampai pancinya hangus, nyaris saja kita kehilangan rumah dan isinya”.

“Kok kamu jadi ngungkit-ngungkit gitu sih, aku kan sedang nyari, bukannya bantuin, malah ngomel.”

“Aku ngomel karena kamu tuh gak pernah dengar omonganku. Berkali-kali kubilang, simpan kunci di tas ato dompet, biar tidak jatuh. Masih saja ngeyel nyimpan di saku celana. Sebentar lagi kayaknya kamu bakal lupa sama anak dan suamimu sendiri."

“Kok kamu gitu sih Pa, ngomongnya. Kamu keterlaluan,” jerit istrinya sambil berlari meninggalkan dia dan anak-anaknya.

Melilhat itu amarah Handoko semakin meluap. Dia merasa dilecehkan oleh istrinya. Tak digubris tangisan kedua anaknya. Segera dia memijit speed dial istrinya, namun tak kunjung ada jawaban. Lima kali dia mencoba, namun hasilnya nihil. Aarghhh.. Handoko menjerit dalam hati melampiaskan segala rasa marahnya pada sang istri.

Namun tangisan kedua anaknya yang semakin keras dan para tetangga yang sekarang mengerubunginya, membuat akal sehatnya kembali. Handoko pun nekat menjebol pintu rumahnya, lebih baik terjaga semalaman di depan pintu yang tak berdaun, daripada harus tidur di rumah tetangga dengan rentetan pertanyaan dari mereka.

Dua jam berlalu, istrinya tak kunjung datang. Teleponnya pun tak ada sahutan. Handoko merutuki istrinya dalam hati. Serentetan omelan siap keluar dari bibirnya ketika hp-nya berdering dengan no istrinya berkedip di layar ponsel. Namun mulutnya mendadak kelu, dan dengan kekuatan yang tak terduga, dia segera berlari mengendarai mobilnya. Istrinya kecelakaan, dan sekarang ada di rumah sakit. Begitu kata polisi yang menelpon lewat ponsel istrinya.

Kesal dan marah Handoko berubah sesal, dan segera menguap menjadi kelegaan tak terkira, ketika dilihat istrinya sedang duduk di ranjang rumah sakit. Tak kurang suatu apa. Hanya ada perban di dahinya. Istrinya terlihat cantik, Handoko pun berlari menghampirinya, siap untuk memeluknya.

“Ma, Mama tidak apa-apa kan? Syukurlah. Maafkan Papa ya!”

Istrinya terlihat kaget, bangkit dari duduknya, menghindari pelukannya. Sebuah logam jatuh dari pangkuan istrinya. Kunci rumahnya!!! Gemerincing bunyinya ketika menyentuh lantai. Pelan saja. Sepelan suara istinya.

“Kamu siapa??!”
(irfach)