Tuesday, December 31, 2013

Sepanjang Pantai Utara






Tepat seperti rencananya, taksi yang dipesannya datang pukul 5 sore, setelah dia menyelesaikan semua pekerjaannya. Perjalanan ini telah direncanakannya jauh-jauh hari, bagaimana ia ingin melewatkan pergantian tahun. Bukan perjalanan nyaman dengan kereta eksketutif seperti biasanya kalau dia pulang. Tapi menyusuri pantai utara dengan bus ekonomi. Napak tilas. Begitu dia menamakan perjalanan ini. Perjalanan dengan sebuah misi. Ketika dia merasa semakin hari hatinya semakin tumpul. 

Sebenarnya perjalanan ini Akan lebih sempurna seandainya ia naik angkutan umum ke terminal pulo gadung. Tapi otak analisisnya memperkirakan kalau di penghujung tahun, jalanan ibu kota akan penuh sesak. Bukan pilihan bijak mrnghabiskan waktu dan energi di kemacetan ibu Kota. Dia harus dalam kondisi fit karena jalanan pantura akan banyak menguras Kesadaran dan kesabarannya. Dia cukup tahu diri setelah sekian tahun berada dalam segala kenyamanan, bukan hal mudah terjun bebas ke jalanan pantura.

Dia bukan tak menyadari supir taksi yang terus meliriknya dari kaca spion tengsh Mobil. Di juga menyadari betul ketika supir taksi itu pertama kali melihatnya keluar dari kantornya yang Megan Dan mentereng. Celana jeans belel dan kaus buluk yang kini dipakainya adalah peninggalan jaman kuliahnya dulu yang tersimpan rapi di dasar lemarinya.  Agak kekecilan di badannya yang sudah naik berkilo2, tapi cukup nyaman dipakai, karena dulu dia adalah remaja kukus yang selalu memakai baju atau Celana satu nomor bahkan dua nomor lebih besar. Alasan ekonomis. Biar terpakai lama. Biar tidak sering membeli baju atau celana. Sebuah topi butut dibenamkannya dalam2 di kepalanya, hingga tak dikenali satpam, petugas kebersihan gedung yang sehari2 cukup akrab dengannya. Setelan jasnya tersimpan rapi di tas ransel, teman setianya ketika kuliah.

Setelah menghadiahkan uang kembalisn yang cukup banyak ke si supir taksi, kakinya melangkah mantap memasuki terminal pulo gadung. Jangan terlihat ragu. Jhang an berhrnti di gerbang terminal, kalau tak ingin disergap kawanan Calo yang agresif. Itulah aturan main yang dipegagnnya  dari jaman kuliah ketika dia begitu akrab dengan terminal ini. Bila terlihat keraguan sedikit saja, maka nasibnya akan berakhir seperti gadis yang dari dia turun taksi, cukup menarik perhatiannya. 

Blus bunga2 dibalut kardigan biru langit. Sebuah ikat pinggang kecil melilit di pinggangnya yang ramping. Rambutnya di ekor kuda. Tas ransel mungil nan feminin dipeluknya erat di depan dada. Profil wajahnya tak terlihat jelas. Bahasa tubuhnya yang membuatnya memberi perhatian. Terlihat jelas ragu2 seperti baru pertama kali datang ke pulo gadung. Tepat seperti perkiraannya, sang gadis langsung diserbu para calo. 

"Ke mana, Neng? Cirebon, Kuningan?"
"Cirebon? Ayo sini sama saya!"
"Kuningan katanya, sini naik yang ini!"
"Eh, aduh... Nanti dulu, jangan tarik-tarik dong. Bentar dong...  Aduuh!!"

Ada dorongan hati untuk menolong si gadis bunga2. Tapi dia harus segera mencari mushala karena waktu mahgrib hampir habis. Jalanan pantura yg tak bisa diprediksi, membuatnya tak yakin bisa sampai ke rumah trngsh malam. Apalagi ini malam tahun baru bung! Mungkin baru subuh dia sampai ke rumah orang tuanya. Mendadak hatinya gentar meneruskan perjalanannya. Apa yang ku cari sebenarnya? Begitu batinnya. Lintasan apartemennya yang nyaman menggodanya. Berbaring di sofa sambil menonton film dr home theaternya yang changing ditemani hot coklat jelas lebih nyaman dari pada berada di hiruk pikuk terminal pulo gadung untuk kemudian terjebak di bus ekonomi menyusuri pantura yang kejam.

Sementara si gadis yg dikerumuni para calo tampaknys telah memutuskan memilih calo yang mana. Bus Cirebon atau Kuningan tak masalah. Begitu batin si gadis. Karena rencananya dia akan turun di kota Palimanan, kemudian melanjutkan perjalanan ke kotanya dengan menaiki angkot atau elf. Mungkin dia akan sampai ke Palimanan pukul 10 atau 11 malam. Sudah larut malam memang. Tapi elf jurusan Cirebon-Bandung setahu dia biasanya beroperasi 24 jam. Apalagi ini malam tahun baru pasti akan ramai, jadi dia tidak terlalu khawatir. Setelah sampai di kotanya, dia akan menelpon ayahnya tersayang. Sudah pasti dimarahin karena pulang malam dan tak mengabari. Tak mengapa, yang penting dia bisa berjumpa dengan orang tua dan adik-adiknya. Ide menghabiskan malam dan liburan tahun baru di kamar kost-annya yang sepi dan sempit, membuatnya nekad pulang di malam tahun baru ini.


Ide pulang ini terlintas begitu saja di benaknya ketika dia berdiri di depan Atrium Senen, menanti bus kopaja seperti sore-sore sebelumnya sepulang kerja. Hanya saja sore itu kesibukan di sekelilingnya tampak berbeda. Suara terompet yang ditiup para pedagang terompet riuh bersahutan. Pita warna warni di topi berbentuk kerucut melambai-lambai riang. Suara tawa ceria bercampur dengan obrolan seru tentang rencana melewatkan pergantian tahun nanti malam. Dia sendirian. Tanpa teman. Terlihat menyedihkan. 

Dengan terpaksa dia menolak ajakan teman-temannya kantornya bermalam tahun baru di puncak. Bukan tak ingin bergabung. Dia hanya tak ingin menjadi kambing congek, satu-satunya yang single diantara pasangan-pasangan yang kasmaran. Oh betapa menyedihkan, lebih menyedihkan daripada bermalam tahun baru sendirian di kamarnya yang sempit. Karena hampir semua teman kost-annya juga pergi keluar merayakan tahun baru.

Dan tiba-tiba ide itu muncul di kepalanya. Pasti seru merayakan tahun baru di jalanan, melintasi beberapa kota melihat kesibukan warganya menyambut tahun baru. Pasti akan jadi pengalaman yang tak terlupakan. Begitu tekadnya ketika dengan penuh semangat dia melompat ke metromini yang membawanya ke terminal Pulo Gadung. Walau kemudian ketika sampai di terminal itu dia tampak gentar. Selalu tak siap dengan serbuan para calo.  Ini ketiga kalinya dia pulang ke kampung halamannya naik bus dari Pulo Gadung. Seringnya dia naik kereta api ke Cirebon, lanjut naik elf ke kotanya atau minta dijemput oleh orang tuanya sekalian mereka jalan-jalan ke Cirebon.

Namun kini dia gelisah bercampur was-was. Sudah hampir 2 jam bus yang ditumpanginya berhenti di depan pintu tol. Bukan karena mogok atau macet. Tapi karena mencari penumpang demi memenuhi bus yang masih kosong seperempatnya. Bila sebelumnya dia antuasis melihat kesibukan orang-orang yang akan merayakan tahun baru dari jendela busnya, kini dia mulai resah. Ibu gemuk yang dari terminal duduk di sebelahnya, sudah dari tadi turun. Ketika dia berdiri untuk meluruskan punggungnya yang pegal, matanya menyapu ke seluruh bus. Semua penumpangnya laki-laki! Dan kini mata-mata itu menatap ke arahnya antusias. Segera dia melorotkan nyaris menjatuhkan diri ke bangku bus. Jantugnya berdegup kencang. Menyesali tindakan spontannya berdiri tadi. Ya Allah, aku satu-satunya penumpang di bus ini! Batinnya ketakutan. Semoga nanti ada penumpang perempuan yang naik dan duduk di sebelahku, Doanya penuh harap.

Namun sosok yang menghampiri tempat duduknya dan kemudian duduk di sebelahnya, bukanlah perempuan seperti pintanya. Tapi seorang lelaki, masih muda tampaknya, tapi dia tak bisa melihat mukanya dengan jelas karena tertutup topi yang dibenamkan dalam kepalanya hingga menutupi muka. Lagipula dia tak berani menatap muka lelaki itu. Yang tampak olehnya hanya celana jeans yang dikenakan oleh lelaki itu. Tampak sudah tua dan usang. Begitu juga kaus yang dikenakannya. Tampak sudah pudar warnanya. Tapi anehnya bau yang menguar dari lelaki ini terasa wangi dan segar. Untunglah, hela dia lega, karena seingat dia penumpang bus ekonomi jurusan pantura biasanya selalu bau keringat tak sedap.

Sang gadis semakin merasa lega karena tampaknya sang pria tidak tertarik padanya, tidak berusaha mengajaknya kenalan atau ngobrol. Malah dia semakin membenamkan topinya menutupi seluruh mukanya dan memposisikan tubuhnya dalam posisi tidur. Perasaannya semakin lega ketika perlahan bus bergerak dan melaju membelah jalanan Pantura.

Sudah beberapa pengamen tarling koplo yang naik ke atas bus. Kebanyakan adalah para perempuan dengan alis tebal hasil lukisan. Beberapa penjaja makanan ringan dan minuman pun sudah beberapa yang naik turun bus. Tapi sepertinya bus tak juga sampai ke kota tujuan si gadis. Beberapa kali bus berhenti karena kemacetan yang parah. Raungan sepeda motor, jeritan klakson, bercampur dengan bunyi terompet yang tak bernada. Awalnya dia menikmati semua keramaian itu. Karena bukankah itu yang diharapkannya. Merayakan tahun baru di jalanan. Namun kini pikirannya kalut karena bila sampai tengah malam dia belum sampai kota tujuannya, bagaimana nanti dia akan sampai ke rumahnya yang berada di pedesaan. Orang tuanya tak tahu kalau dia pulang malam ini. Telpon selulernya sudah mati kehabisan batere dari tadi. Itu berarti dia tak bisa memberi kabar pada orang rumah untuk menunggu dan menjemputnya.

"Maaf, boleh tahu jam berapa sekarang ya?" tanya si gadis pada pria di sebelahnya yang sedang membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman. Jam tangan di tangan si pria, membuatnya memberanikan dia bertanya pada pria tanpa suara yang telah menjadi teman perjalanannya dari Jakarta.

"11.45" jawab si pria malas. Dia tampak sedikit terkejut ditanya oleh teman duduknya. Tanpa sadar si gadis menghela napas berat mendengar jawabannya. Wajahnya terlihat was-was dan bingung.

"Kenapa? Sebentar lagi jam 12, sepertinya Anda harus merayakan tahun baru di dalam bus," kata si pria sinis. Si gadis menolehkan kepalanya cepat ke arah si pria, mukanya tampak tak senang dengan nada sinis si pria.

"Saya tak merayakan tahun baru!" kata si gadis ketus. Mukanya dipalingkan cepat ke arah jendela. 

"Ahh..makanya sekarang Anda di sini ya, tengah malam di dalam bus yang semua penumpangnya laki-laki, di jalanan pantura yang ganas, harusnya Anda sudah tidur nyenyak di kamar yang nyaman."

"Ihh.. apa perduli Anda? Own your business!" sembur si gadis kesal. Matanya mendelik dan menatap tajam ke si pria, yang kini telah mengangkat topi dari mukanya hingga tampak wajah yang dari tadi ditutupinya.

Emmm… ganteng juga. Batin si gadis. Tapi usil dan sok sekali, kenal juga tidak sudah sinis dan mengkritik dirinya. Kekesalan si gadis semakin berlipat-lipat. Kesal pada jalanan yang macet luar biasa. Kesal pada teman duduknya yang rese. ber-Anda-Anda lagi, sok resmi banget. Sementara si pria juga tampak kesal dan.. marah! 

Kekesalannya berawal dari Pulo Gadung, ketika dia mendapati tidak ada bus yang menuju ke Cirebon. Sudah habis begitu kata para calo. Dengan terpaksa dia harus naik bus ke Kuningan, yang sama sekali di luar rencananya. Karena itu berarti dia harus mencari kendaraan lain menuju Cirebon yang pastinya akan susah pada malam tahun baru begini. Dia tak terbiasa dengan serba yang tidak pasti. Biasanya dia sudah mempersiapkan rencana alternatif. Dia menyalahkan diri sendiri yang tak memperhitungkan kemungkinan ini.

Dan betapa dia terkejut ketika mendapati sosok gadis yang menarik perhatiannya ketika di terminal ada di dalam bus yang sama dengan dirinya. Berdiri dari tempat duduknya dan dengan penuh rasa ingin tahu mengedarkan pandangannya ke seluruh penumpang bus. Oh My God, apa dia tidak menyadari kalau bus malam sebagian besar penumpangnya adalah laki-laki. Dan para penumpang laki-laki itu seperti juga dirinya menatapnya dengan penuh antusias. Dia di seberang gadis itu, dua kursi di belakangnya, bisa menatap jelas mukanya yang tak sekedar manis, tapi benar-benar cantik. Pantas saja tadi para calo mengerubunginya dengan agresif. Apa gadis itu tak menyadari kecantikannya? Apa dia tak sadar kalau kini semua pria di bus sedang berancang-ancang untuk mengambil tempat duduk di sebelahnya yan kosong.

Sebelum dia menyadari tindakannya, dia sudah duduk di sebelah gadis itu. Entah dorongan kuat apa yang membuatnya berbuat nekad begitu. Dia seorang perencana. Dia bukan pria yang dengan spontan akan mendekati seorang gadis betapaun cantiknya gadis itu. Yang pasit begitu menatap gadis itu tampak kebingungan berdiri di dalam bus, dia teringat dengan adik perempuannya satu-satunya. Naluri melindunginya begitu kuat dan menggerakkan kaki-kakinya ke arah si gadis. Malu dan kesal dengan tindakan spontannya, yang seperti bukan dirinya, sepanjang perjalanan dia membenamkan diri di kursinya, topi menutupi seluuruh mukanya. Namun diam-diam dia memperhatikan gadis di sebelahnya. Yang tampak antuasis melihat ke jalanan, mukanya yang berseri ketika grup tarling koplo naik ke bus, suaranya yang renyah ketika membeli makanan dan minuman ringan yang dijajakan di bus.

Sejujurnya dia terkejut namum senang ketika si gadis menanyakan waktu padanya. Namun entah kenapa, kecemasan di wajah gadis itu malah menyulut kekesalannya. Salah sendiri kenapa melakukan perjalanan malam hari sendirian. Begitu rutuknya dalam hati. Dan dia tak menyangka ketika gadis itu malah balik menyemprotnya. Emm… punya nyali juga gadis cantik ini.

Duaaaarrrrr….!!! Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan dan bus pun oleng. Terdengar jeritan dari luar karena bus keluar dari jalur ke arah kerumunan orang di pinggir jalan. Bus berhenti mendadak. Semua penumpangnya terlonjak ke depan. Dan seperti dikomando mereka berebut ke luar bus. Rupanya salah satu ban bus meletus, yang menyebabkannya oleng ke pinggir jalan. Untungnya tak ada korban yang terlindas mobil padahal di suasana pinggir jalan sangat ramai dengan orang yang sedang menanti detik-detik pergantian tahun.

Bus berhenti tak jauh dari sebuah alun-alun kota yang sedang ada perayaan tahun baru. Dari speaker terdengar pengumuman kalo sebentar lagi kembang api akan dinyalakan sebagai tanda pergantian tahun. Beberapa penumpang bus turut dalam arus ke arah alun-alun kota untuk melihat kembang api, setelah supir bus mengumumgkan kalau mereka butuh waktu paling lama setengah jam untuk mengganti ban mobil. Tampak si gadis cantik dalam arus itu.

"Hei, mau ke mana? Jangan pergi jauh-jauh nanti ketinggalan bus," sebuah tangan menghela tangan si gadis.
"Mau melihat kembang api. Aku tadi sudah bilang sama supir busnya kok dan katanya boleh," jelas si gadis panjang lebar sambil melangkahkan kakinya.
"Kamu tahu nggak, kalau mau lihat kembang api dari sini pun terlihat," kata si pria menjejeri langkah si gadis.
"Aku mau lihat dari dekat.Kenapa sih Anda ini dari tadi usil terus dan melarang-larang segala," semprot si gadis kesal. Tadi di bus ber-Anda-Anda sekarang ber-Kamu-Kamu. Rutuknya kesal dalam hati. Langkahnya semakin cepat setengah berlari ke arah alun-alun kota. Hitungan mundur terdengar lantang dari speaker. Di belakangnya si pria mengekor dengan wajah kesal.

"…. 7, 6, 5, 4, 3, 2. 1….Happy New Year semuanyaaaa… Selamat Tahun Baru 2014.. Hip..Hip..Huraaay!!!" 
Seketika teriakan dan sorak sorai membahana bersamaan dengan suara ledakan kembang api. Langit yang gelap pun seketika benderang dengan cahaya kembang api. Tak hanya sekali. Berkali ledakan. Berkali berkas-berkas api terlontar ke atas. Langit pun semarak dengan cahaya. 

Seorang gadis tertegun dalam takjub, wajahnya mendongak ke atas langit. Dua tangannya terkatup di bawah dagu. Matanya berbinar indah. Mukanya berseri-seri. Si pria di sebelahnya mengamatinya dengan seksama. Dia tak tertarik dengan kemeriahan kembang api di atas langit, Dia lebih takjub dengan pesona gadis di sebelahnya. Gadis yang baru dikenalnya di dalam bus. Keceriaan di muka gadis itu menular ke dirinya, membuat senyum di mukanya. Ketakjuban yang memancar tulus di muka gadis itu menghangatkan hatinya. Ahh.. dia pernah melihat kembang api yang lebih megah memancar dari gedung tertinggi di dunia. Dia juga pernah melihat kembang api yang paling spektakuler dan memecahkan rekor dunia. Dia tahu kalau kembang api di alun-alun kota kecil ini belumlah seberapa. Namun gadis di sebelahnya menikmatinya dengan penuh ketakjuban seakan-akan itu adalah keajaiban dunia.

"Aku belum pernah melihat kembang api sebesar dan sebagus ini. Dari kecil aku suka kembang api tapi belum pernah melihat yang sebagus ini," katanya melihat ke si pria sambil tersenyum bahagia. "Sayang hp-ku mati jadi tidak bisa video-in kembang api pertamaku ini," lanjutnya dengan muka sedih. Si pria hanya tersenyum melihat berbagai emosi terpancar dari wajah gadis cantik di sampingnya yang namanya saja dia belum tahu.

Tiba-tiba sebuah emosi menghantamnya. Sebuah keinginan yang datang seketika bagai kilatan kembang api. Keinginan untuk menunjukkan kembang api yang lebih megah pada gadis itu. Hanya untuk melihat kebahagian tulus yang terpancar dari mukanya. Begitu murni. Ketulusan yang kini sepertinya telah menjauh dari hidupnya yang seperti robot dan penuh kepura-puraan.

Sesaaat dia tertegun tak percaya dengan perasaan yang tiba-tiba melandanya itu. Namun jeritan-jeritan di sekelilingnya menyedot kesadarannya. Semuanya terjadi begitu cepat. Seperti kilatan kembang api. Matanya ngeri melihat sebuah mobil bergerak tak terkendali ke arah kerumunan di dekatnya. Orang-orang berhamburan dan berteriak-teriak ketakutan. Sesosok tubuh besar menghantam gadis di sebelahnya hingga jatuh terjengkang. Reflek dia menjatuhkan diri melindungi tubuh si gadis dengan tubuhnya. Suasana seketika chaos, orang-orang berlarian di sekelilingnya, menginjak kakinya, menyenggol kepalanya keras, membentur badannya. Susah baginya untuk berdiri dan melarikan diri dari semua kekacauan itu. Karena ada sesosok tubuh yang dilindunginya. Tak mungkin dia meninggalkan gadis itu. Gadis yang telah mengacaukan emosinya dari awal melihatnya. Kesal, marah, kagum, bahagia, dan yang paling mengejutkan dia ingin menunjukan kembang api yang paling indah pada gadis itu. Gadis yang baru dikenalnya. Gadis yang namanya pun bahkan dia tidak tahu.

Suara benturan dari mobil yang menghantam tembok alun-alun terdengar menggelegar. Itu suara terakhir yang didengar pria itu. Dan setelah itu semua terjadi begitu cepat. Suara sirene ambulance. Raungan sirene polisi. Tangisan orang-orang. Seorang pria berpakain putih-putih menghampirinya. Memeriksa kaki dan tangannya yang berdarah-darah karena terinjak puluhan orang. Sakit yang dirasakannya terobati ketika melihat gadis teman satu busnya tidak terluka sedikit pun. Hanya tangannya yang lecet-lecet karena jatuh terjengkang. Gadis itu menatapnya dengan berurai air mata. Sorot matanya memancarkan rasa terima kasih yang tak terucap. Tatapan mata yang begitu tulus itu menghangat hatinya.

"Selamat Tahun Baru. Jangan menangis!" katanya tersenyum mengusap air mata di pipi si gadis.
"Terima kasih… terima kasih sudah menyelamatkanku," tersendar suara si gadis sambil memegang tangan penyelamatnya.
"Andra… namaku Andra, kita belum berkenalan," Andra membalik tangan si gadis sehingga posisi tangan mereka bersalaman.
"Terima kasih Andra, panggil aku Mira, namaku Namira!" Namira menggemgam erat tangan Andra. Keduanya tersenyum penuh syukur. Mungkin perkenalan yang aneh. Namun yang pasti tak akan pernah terlupakan. Ketika maut sudah begitu dekat menghampiri mereka. Tuhan masih memberikan mereka kesempatan. Untuk menyambut tahun yang baru. Untuk lebih saling mengenal. Untuk mengetahui apakah getaran kasih yang terpancar dari kedua tangan yang bertaut itu hanyalah sementara atau bisa kekal sampai selamanya. Tak ada yang tahu! 


Thursday, February 28, 2013

A.C.B (Aku Cinta Batik)



Membicarakan Batik, jadi teringat serial drama seri remaja di TVRI yang ngetop pada era 80-an. Jadi terngiang-ngiang opening theme-nya drama seri ini; “A…C…I … Aku Cinta Indonesia.  Bagi yang penasaran ini ada videonya yang bisa diintip. Lantas apa hubungannya batik dengan serial drama ACI itu? Tidak ada hubungannya sama sekali,hehehee.... Selain tiba-tiba terpikirkan akan keren sekali kalau ada jingle atau slogan yang mirip dengan ACI itu khusus untuk batik yaitu: A...C...B... Aku Cinta Batik. Karena Batik ini sudah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Bahkan boleh dikatakan sebagai identitas bangsa Indonesia seperti  kain sari untuk India.
 
Tidak hanya itu, Batik Indonesia pun sudah sangat populer di dunia., banyak kalangan selebritas dan tokoh dunia yang memakai batik. Tidak percaya?  Coba lihat deretan selebritis dunia ini. Dari kiri atas ke kanan bawah; Reese Witherspoon bergaya dengan batik biru yang dipadankan dengan jaket jeans. Paris Hilton yang ber-maxi dress motif batik. Nichole Richie tampak anggun dengan selendang batik. Jessica Alba yang mengenakan dress batik motif parang. Heidi Klum terlihat cantik sekali dengan jaket batik yang berpotongan layer. Ada juga Drew Barrymore yang memakai tas motif batik. Kemudian Rachel Bilson yang memakai terusan batik berpotongan mini. Naima, si gadis American Idol juga mengenakan strapless dress dari batik. Begitu juga si cantik mungil Elena Lynch yang tampil girly dengan baju batiknya. Tak ketinggalan girl band terkenal dari Korea pun, SNSD, berbatik ria.

 

Selain para selebritas, para tokoh dunia pun banyak yang menggunakan batik. Namun yang paling konsisten menggunakan batik adalah mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Katanya Mandela jatuh cinta pada batik ketika dia pergi ke Bogor untuk menghadiri Konferensi Asia-Pacific Economic Cooperation 1994. Setelah itu, Madiba -- julukan bagi Mandela, selalu mengenakan batik pada kesempatan resmi maupun tidak resmi, termasuk orang-orang di kabinetnya. Bahkan ketika berpidato di sidang umum PBB pun, mantan presiden yang kini berusia 90 tahun itu mengenakan batik. Yang tampak di foto ini adalah ketika beliau mengunjungi Ratu Elizabeth di istana Buckingham.
 
Dan berikut ini adalah deretan para tokoh dunia yang pernah mengenakan batik. Selain Nelson Mandela, ada Bill Gates yang mengenakan batik pada kunjungan perdananya ke Indonesia 2008. Ada Zidane Zidan yang berbatik sambil memainkan bola ketika berkunjung ke Indonesia Juli 2007. Presiden Amerika Serikat Barack Obama memakai batik saat acara East Asia Summit Indonesia 2011 yang bertempat di Bali. Perlu diketahui, ibunya Obama, Ann Dunham dikenal sangat tertarik pada batik, beliau mempunyai koleksi batik dari berbagai daerah di Indonesia, dan pernah dipamerkan di AS dan Malaysia. Sementara Bill Clinton ketika menjabat sebagai Presiden AS mengenakan batik 1 November 1994 saat menghadiri APEC Summit di Bogor, Indonesia. Aktor Rooger Moore  (berfoto dengan desainer batik terkenal Iwan Tirta) dan Daniel Radcliff si Harry Potter terlihat pernah mengenakan batik juga
 
 
 
Sementara itu sejumlah desainer top dunia pun pernah memakai batik untuk rancangan busananya. di antaranya adalah Dries Van Noter, desainer asal Belgia, yang pada koleksi Spring/Summer 2010 memakai batik motif parang dan kembang kawung utnuk koleksi busananya.
 
 
Batik sebagai warisan budaya Indonesia 
Apa sih batik itu? Kain tradisional. Kain orang Jawa, yang suka dipakai ibu-ibu kondangan. Kain yang dipakai buat gendong bayi. Mungkin itu yang terlintas di benak kita ketika menyebut batik. Menurut wikipedia, batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik".
 
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Karena itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Bangga sekali kan? Karena sebenarnya batik ini tidak hanya ada di Indonesia, beberapa negara termasuk Malaysia juga mempunyai batik. Bahkan sebuah penemuan kain mumi di Mesir menunjukkan kalau teknik batik ini sudah dikenal di Mesir pada saat itu Namun yang resmi diakui oleh UNESCO adalah batik Indonesia yaitu batik tulis. Wuuiiih..bangga sekali deh dan semakin cinta sama batik.

Lantas bagaimana ceritanya sih batik Indonesia bisa diakui oleh UNESCO? Ternyata tidak serta merta diakui, tapi ada perjuangan panjang dan melibatkan banyak pihak, baik pemerintah, para pengrajin, pakar, asosiasi pengusaha dan yayasan atau lembaga batik, serta masyarakat luas. Perwakilan RI di negara anggota Tim Juri yaitu di Persatuan Emirat Arab, Turki, Estonia, Meksiko, Kenya dan Korea Selatan serta UNESCO-Paris turut memegang peranan penting dalam memperkenalkan batik secara lebih luas kepada para anggota Tim Juri, sehingga mereka lebih seksama mempelajari dokumen nominasi Batik Indonesia. Dan akhirnya setelah melalui berbagai penelitian di lapangan, pengkajian, seminar, dan sebagainya untuk mendiskusikan isi dokumen tentang batik, UNESCO mengakui Batik Indonesia.
 
Diakuinya batik Indonesia oleh UNESCO juga tak lepas dari peran para pengrajin batik yang setia dan secara turun temurun terus melestarikan warisan budaya bangsa ini. Tradisi membatik ini pada mulanya memang merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Para perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Dengan semakin populernya batik, kini hampir semua daerah di Indonesia mempunyai batik dengan ciri khas daerah masing-masing. Ada batik Cirebon yang dikenal dengan corak mega mendung. Batik Cirebon ini dikenal juga dengan batik pesisir makanya motifnya biasanya bergambar binatang-binatang laut. Ada juga batik Madura yang terkenal. Bahkan di daerah asal penulis, Majalengka, juga punya motif batik sendiri yang bercorak mangga gincu, karena Majalengka dikenal sebagai penghasil mangga gincu. Demikian juga batik dari Depok, motifnya dominan dengan buah belimbing, sebagai buah ciri khas kota tersebbut. Namun yang dikenal luas adalah batik Jawa, terutama batik tulisnya.

 Harga batik tulis ini jauh lebih mahal daripada batik cap, karena batik tulis merupakan handmade yang pembuatannya bisa memakan waktu 2-3 bulan. Sementara batik cap, yang lebih banyak beredar di pasaran, dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik ini membutuhkan waktu 2-3 hari. Ada juga yang disebut batik lukis yaitu pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Batik di Era Digital
Bila dulu batik identik dengan acara kondangan atau kain buat gendong bayi/balita, maka sekarang batik tampil lebih modern dan fashionable. Dan gaungnya pun semakin mendunia. Seperti yang penulis singgung di awal tulisan, sudah banyak seleb dan tokoh dunia yang mengenakan batik. Bila dulu mungkin para tokoh ini memakai batik karena berkunjung ke Indonesia menghadari suatu event, maka sekarang para seleb dan tokoh dunia itu memakai batik karena mereka memang menyukainya. Mereka mencintai batik. So, kebangetan sekali ya kalo kita masih emoh dan gengsi pakai batik.

Tak dipungkiri semenjak batik diakui sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO dan kemudian ditetapkannya hari batik Nasional, maka sekarang batik tak lagi dijumpai hanya pada saat acara kondangan saja. Batik sudah bisa dipakai sebagai pakaian sehari-hari. Bagi orang Indonesia yang tinggal di luar Indonesia seperti penulis malah menjadi kebanggaan sendiri kalau memakai batik. Bisa dibilang batik menjadi identitas dan pengenal orang Indonesai, untuk membedakannya dengan orang-orang Asia lainnya terutama yang berasal dari Filipina dan Malaysia. Kalau wajah Asia memakai batik, bisa dibilang itu orang Indonesia, hehehe.... Dan suatu hari, suami penulis cerita waktu dia sedang dinas di Perth, dia melihat bule yang memakai batik, rasanya gimana gitu, bangga sekali, hahahaa...

Dan semakin populernya batik tak terlepas dari peran para desainer yang semakin kreatif memadukan batik dalam rancangannya. Tak hanya membuat batik menjadi baju yang chic dan fashionable. Tapi juga memasukkan unsur batik dalam rancangan tas, dompet, aksesoris, bahkan sepatu. Sehingga batik pun jadi naik kelas, tak hanya dijual di pasar-pasar atau toko batik tapi sekarang sudah banyak toko batik yang berkonsep butik batik, yaitu batik dijual secara eksklusif baik itu desainnya maupuan kuantitasnya yang limited edition. Diiklankan secara masif dan besar-besaran di media cetak maupun online. Dengan memakai model yang profesional maupun para selebritas.

Apalagi di era digital ini, gaung batik semakin kencang, dengan banyak bermunculannya toko batik online. Memudahkan konsumen untuk memilih batik yang disukai dari berbagai perancang atau desainer. Tidak perlu berlelah atau berpanas ria ke pasar atau toko. Hanya saja perlu hati-hati bila berbelanja online. Tidak hanya penipuan materi. Tapi juga terkadang barang yang difoto tidak sesuai dengan barang yang diterima. Difoto terlihat bagus dan wah, ternyata begitu kita beli mengecewakan, baik itu kualitas bahannya atau desainnya. Karena itu perlu kejelian kita untuk memilih toko online terpercaya.

Dari hasil jalan-jalan di dunia maya, penulis menemukan satu toko batik online yang terlihat bonafid, dan memang bonafid:). Kenapa penulis bilang bonafid, karena toko online ini konsepnya bagus sekali. Di toko online ini bergabung banyak sekali desainer batik dengan keunikan rancangannya masing-masing. Tidak hanya baju, tapi ada juga tas, kalung, bros, sepatu, yan tentunya berbau batik. Dengan harga yang bervariasi tergantung keunikan dan kualitas barangnya. Dari harga yang puluhan ribu rupiah sampai jutaan. Pokoknya betul-betul memanjakan mata konsumennya tapi juga membuat ketar ketir dengan isi dompet, karena jadi ingin beli ini itu, hahaha...
Bila tak percaya, sok atuh mangga segera meluncur jalan-jalan ke sana. Ini nih contoh barang-barang yang dijual di sana, bikin ngiler kan?


Dan sebagai penutup, penulis jadi ingin kembali bernyanyi. A...C...B... Aku Cinta Batik. Yuk kita mulai dari kita dulu untuk mencintai produk dalam negeri terutama batik. Setelah itu baru ke orang-orang terdekat sehingga siapa tahu nanti benar-benar akan terwujud sebuah gerakan ACB.. Aku Cinta Batik! Semoga. (irfach/ dari berbagai sumber)

Sunday, January 6, 2013

Setelah Libur Winter....


Hari ini, hari pertama anak-anak sekolah. Pengalaman hari-hari sekolah sebelumnya yang selalu heboh dengan tangisan Hannah, Fadhil yang rewel, atau Faiz yang lelet, daaan ditengah kekacauan itu aku harus menyiapkan sarapan sama lunch box mereka, belum lagi harus nyetrika baju seragamnya yang biasanya belum disetrikaJ Aargggh kebayang kan satu jam yang rasanya bagai di neraka (kayak pernah aja ke neraka, audzubillahi mindzalik semoga dijauhkan ya).

Kalo sudah begitu, biasanya langsung nyumpah dan bertekad besok-besok nggak boleh kayak gini, malamnya harus sudah prepare keperluan sekolah anak-anak. Eh..tapi tekad ya tinggal tekad, janji tinggal janji, besoknya ya terulang lagi kekacauan yang sama, gitu teruus. Dan bukannya intropeksi, biasanya aku nyalahin anak-anak, Fadhil yang rewel lah, Faiz yang lelet lah, Hannah yang kebangun dan kawan-kawannya si excuse. Ya betul saudara-saudara, daku emang bukan emak yang baik. Kalo kata si ayah, setan malasku dah kelewatan.

Lupakan deh aku yang dulu, ceritanya di tahun baru ini mau berubaah jadi superwoman eh ibu yang baik. So, di hari pertama sekolah, semuanya harus sudah siap waktu pagi hari, malah aku bertekad bikin lunch box-nya malam hari aja, jadi gak terlalu repot. Tapiii..apa yang terjadi saudara-saudara, malam itu Hannah susah tidur (alasan lagi deeeh), tapi bener kok daku sampe kecapean nyari cara agar Hannah cepet bobo. Kedua kakaknya dah tidur duluan, eh si cantik ini masih aa uu gelisah. Akhirnya entah bagaimana, aku pun tak sadarkan diri alias tidur pules, nggak tahu tuh Hannah dah tidur apa belum waktu diriku melayang ke alam mimpi (iya iya aku emang bukan ibu yang baik, don’t try at home ya). Bener-bener gak sadar deh, soalnya malam sebelumnya kan aku emang nggak tidur sampai pagi, begadang ngejar postingan blog buat ikuta GA-nya Bibi Titi Teliti.

Dan, Alhamdulillah aku pun terbangun oleh adzan subuh dari jam mejaku. Langsung deh loncat dari tempat tidur, lirik jam yang menunjuk ke angka 5.30 AM. Langsung kena panic attack. Apa yang harus ku kerjakan lebih dulu. Baju sekolah belum disetrika. Lunch box belum disiapin. Untung tempatnya sih dah siap, biasanya belum dicuci tuh bekas dipake hari sebelumnya. Eh tapi kan ini ceritanya hari pertama sekolah setelah libur panjang. Pastinya itu si lunch box dah dicuci dong. Kalo belum ya itu mah terlalu sangat kebangetan banget. Masa tiga minggu lunch box kotor belum dicuci. Eh pernah ding kayak gitu, sampai berjamur dan bau tuh makanan di box-nya (huuaaaaaaa…. Iya..iya salahkan saja aku terus, cela dan caci maki deh).

Akhirnya keputusan diambil, aku bikin lunch box dulu. Sambil mikir mau bikin apa ya. Pilihan jatuh ke roti bakar sama mie telor kornet plus apel potong. Lunch box on progress, aku pun bangunin Faiz dulu. Fadhil ntar aja belakangan kalo lunch box dah beres. Soalnya dia suka rewel yang berujung marah atau nangis. Mesti siapin tenaga ekstra kalo buat Fadhil. Eh dilalah, Fadhil ikutan kebangun, gak pake rewel, gak pake nangis, gak pake saus juga sambel, baso bulat…loh..loh kok jadi lagu MelissaJ Tapiii Hannah juga ikutan bangun, duuu gawaaat, sabodo deh biarin dulu Hannah nangis.

So, diiringi tangisan Hannah, aku menyiapkan air madu hangat buat anak-anak. Coco crunch buat Faiz dan roti buat Fadhil. Selamaat deh, menghemat tenaga gak usah suapin Fadhil, kalo roti doi bisa makan sendiri. Makanan buat bekal mulai masuk ke tas masing-masing, disambi nyetrika baju seragam di kamar tidur. Tangisan Hannah makin kenceng, aku pindahin ke kamar lagi, tadinya di sofa bareng Fadhil. Hannah itu yang penting doi lihat muka emaknya, diem deh, walo cuma bentar, habis itu ya nangis lagi. Selesai sarapan, anak-anak ribut, “mandi atau nggak, Bun?” Pertanyaan yang sama tiap pagi. Kali ini jawabanku lain, “ boleh mandi ato nggak, yang penting gosok gigi!” Daan anak-anak pun memilih mandi, mereka emang hobi mandi sih nggak kayak emaknya, hihihi…

Akhirnya 6.25, anak-anak dah siap, Alhamdulillah tidak ada acara teriakan dari emaknya, yang ada sih Hannah jerit-jerit karena dicuekinJ Cukup lama juga kami menunggu bus sekolah datang, Fadhil dah ribut aja kedinginan, pegel pengen duduk. Pagi ini emang dingin banget, sepertinya tadi malam hujan, soalnya jalanan basah dan masih gelapJ sebenarnya kasihan juga sih anak-anak berangkat pagi buta, tapi kalo nggak naik bus, lebih repot lagi harus antar jemput. Kalau ada ayahnya sih enak, lah ini ditinggal terus berbulan-bulanL

Pagi pertama sekolah pun berlalu dengan tenang. Rencananya habis sarapan mau cuci piring dan beres-beres rumah, mumpung neng Hannah yang sudah dimandiin tertidur pulas. Tapi daku malah telepon ayu dan mamah, cemas dengan keadaan si enin. Ternyata bener dugaanku, begitu ditelepon Ayu nangis, si enin juga nangis. Hadeuuuh bingung deh, karena sejujurnya aku juga sedih banget dengan keadaan ibuku. Mengenai ini nanti aku tulis terpisah ya.

Sibuk bolak balik telepon tahu-tahu dah jam 12 aja. Hannah pun bangun. Rumah masih berantakan, cucian piring masih numpuk, belum sarapan, belum mandi pula. Makan siang anak-anak pun belum disiapkan. Sementara Hannah sudah nggak mau tidur, waktunya main. Dan doi gak mau kalo ditinggal sendiri harus ditemenin terus. Eh sempet anteng sendiri ding, makanya bisa beresin cucian piring sama masak nasi. Sama masak chicken corn soup. Setelah itu mulai deh marah karena dicuekin. Padahal aku harus mandi karena bajuku kena pipis Hannah.

Karena waktu duhur semakin sempit, bentar lagi ashar, aku tinggalin Hannah buat mandi. Sudah diduga, Hannah marah, jerit-jerit padahal dah ditemenin lagu twinkle-twinkel little star dari youtube. Mukanya dah merah banget, ya sudah aku akhirnya shalat duhur sambil gendong Hannah. Masih sambil gendong, aku pun lanjutin masak buat makan siang anak-anak. Chicken corn soup sama tumis salmon wortel pun ready, pada saat bel rumah bunyi tanda anak-anak dah pulang. Hannah pun tertidur di gendongan.

Ceki-ceki lunch box anak-anak, ternyata roti bakar Fadhil masih banyak tersisa, mie telornya pun cuma dimakan satu. Padahal biasanya dia paling doyan sama roti, mungkin karena tadi sarapannya roti, jadi dah bosan kali ya. Punya Faiz sih Cuma tersisa satu mie telor. Tapii…air minumnya masih banyak, dua-duanya. Alasan Faiz karena dia gak bisa buka sedotan botolnya, aku coba emang susah. Akibatnya mereka pada kelaparan. Fadhil dah teriak-teriak aja, makanku mana Bun. Awalnya doi minta cake, untung gak ada. Soalnya kalo dah makan cake, suka susah makan nasinya.

Alhamdulillah, corn soup sama tumis salmonnya habis dilahap anak-anak, dua kali makan sama dinner. Fadhil masih request roti. Dan barengan kakaknya menghabiskan 4 buah pearsJ seneeeng bangeett deh kalau lihat anak-anak makannya lahap, jadi masaknya punya semangat. Masing-masing juga menghabiskan satu gelas susu. Tenaang deh jadinya, soalnya kalau anak-anak makan gak bener itu, rasanyaaa gimana gitu, merasa bersalah bin berdosa banget. Apalagi kalo melihat perut Fadhil yang suka kempees, rasanya pengen pukul-pukul kepala deh, masa ngasih makan anak aja gak bisa. Makanya seneng banget waktu fadhil mandi sore, perutnya berisi gak kempesJ

Kesepakatan sama anak-anak, hari sekolah nggak boleh main game. Eh tapi karena daku sibuk dengan Hannah juga beberes dapur dan kamar, nggak bisa ngawasin. Akhirnya mereka curi-curi juga maen game. Akibatnya emaknya teriak-teriak deh, ngingetin jangan maen game, siapin pelajaran buat besok sekolah. Daan..satu jam sebelum tidur, di tempat tidur, aku ngajarin Fadhil. Mulai dari ngapalin kata, baca iqra sampai baca cerita. Fadhil terlihat senang sekali. Sebenarnya dia seneng sekali belajar, cuma emaknya ini suka cari-cari alasan sibuk. Yang terutama lagi dia seneng sekali dipuji. Dengan semangat dia cerita kalo hari ini dia senang sekali di sekolah.

“Teacher aku smile sama aku, Bun. Soalnya aku duduk (praktekin duduk bersila, maksudnya dia duduk rapi), belajar terus shariiing ,” katanya tersenyum sumringah sambil rentangin tangannya lebar.

Ahh.. hari yang indah. Melihat anak-anak sehat, hepi beraktivitas, rukun (emm.. Fadhil sempet nangis sih dijailin kakaknya, tapi cuma sekali biasanya berkali-kali ributJ). Dan yang terpenting bisa menutup hari ini dengan posting tulisan di blog, biasanya kan bablas angine eh tidure,hehee.. Gud nit everibadi, selamat malam duniaaa…..

Friday, January 4, 2013

Let Your Passion Lead You


Orang bijak bilang tak ada yang kebetulan di dunia ini. Segala hal yang terjadi pasti ada alasannya. Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Maka aku sangat yakin, ketika suatu malam terdampar di sebuah blog dengan nama unik "Bibi Titi Teliti" bukan suatu hal kebetulan belaka. Memang betul aku sampai ke sana karena tak sengaja sedang blog walking. Namun itu adalah cara unik dari semesta untuk menuntunku menemukan semua jawab dari segala resah dan tanyaku. Aiih..lebay banget ya bahasanya,hehehee… Tapi baiklah akan ku ceritakan bagaimana sebuah blog telah membuatku menuliskan kalimat dahsyat itu.
Usiaku tepat 34 tahun pada 27 Desember kemarin. Sudah terlalu tua, untuk seseorang yang masih mencari apa sih yang aku inginkan? Sangat tua malah. Harusnya bukan masanya lagi di usiaku itu masih galau dan mencari-cari jati diri. Tapi itulah aku. Begitu banyak mauku. Hingga terkadang aku sendiri tak tahu apa sih yang aku inginkan sebenarnya. Ketika melihat kawan yang piawai memotret makanan, serta merta aku tertarik jadi food photographer. Ketika melihat teman yang pintar baking, mendadak aku rajin koleksi buku-buku masakan. Pun ketika teman ada yang tergila-gila pada scrapbooking, aku pun ikutan menjadi kolektor berbagai bahan scrapbook. Berganti jadi hobi knitting, menjahit, dan sebagainya. Tapi sayangnya hanya sampai ke tahap pengumpul bahan-bahannya, tak bergerak menjadi ahli atau minimal bisa seperti teman-teman yang ku kagumi itu.
Begitu juga dalam hal mencari isi dompet. Sebagai ibu pekerja yang kemudian  beralih jadi ibu rumah tangga tok karena ikut suami yang pindah kerja ke Kuwait, aku pun terobsesi untuk punya penghasilan. Kepalaku penuh sekali dengan ide-ide bisnis. Namun semuanya hanya berkelebatan di kepala tak pernah jadi nyata. Ada sih beberapa dicoba seperti jualan sprei, pernik-pernik khas Indonesia, mukena, sampai ke baju muslim. Bahkan bisnis MLM pun aku jabani, yang akhirnya kandas juga. Ya, aku adalah tipe orang yang serba ingin tahu namun sayangnya hanya bersemangat di awal, selalu tak mampu mencapai garis finishL
Dan akibatnya, aku selalu resah. Gelisah. Didera perasaan tidak puas. Merasa tidak ada hal berarti yang bisa aku banggakan. Tak ada pencapaian yang ku peroleh. Padahal aku yakin aku bisa seperti mereka yang sukses. Tapi kenapa aku seperti berjalan di tempat, bahkan mungkin tak bergerak sama sekali. Sementara teman-teman yang lain sudah berlari jauh. Aku tertinggal jauh di belakang mereka. Ingin mengejar namun kaki-kakiku seperti dipaku. Mungkin aku sudah terjebak dalam zona nyamanku. Ketika Allah memberiku suami yang begitu memanjakanku. Tinggal sebut apa yang ku inginkan, maka laki-laki tercinta itu akan memenuhinya. Sampai aku terkadang takut untuk meminta. Karena tanpa aku bicara pun, dia seperti sudah tahu apa yang ku inginkan. Dimanjakannya aku dengan gadget-gadget terbaru. Ketika temanku bercurhat ria tentang betapa mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan gadget terbaru, maka aku begitu mudahnya mendapatkannya. Rabbiii… betapa aku tidak bersyukur sepertinya. Tapi entahlah, aku merindukan moment penuh perjuangan itu. Ketika didera rasa lelah luar biasa untuk mendapatkan sesuatu. Ketika tangis, prustasi, putus asa akhirnya berganti menjadi haru, bangga, dan bahagia karena apa yang diperjuangkan berhasil. Ahh…rindu sekali saat-saat seperti.
Maka jangan heran kawan, kalau tontonan dan cerita favoritku adalah semua hal yang berbau kompetisi. Segala macam lomba idol aku suka. Bahkan sampai ke acara perjodohan yang itu pun aku tonton,hehehe… Kompetisi juga kan namanya. Bagaimana para perempuan itu bersaing “menjual” dirinya agar bisa terpilih oleh sang arjunaJ Ya aku seperti kecanduan menyaksikan mereka yang berjuang menjadi yang terbaik. Mengerahkan segenap kemampuannya. Berbuat yang terbaik dan semaksimal mungkin.
So, jadi terjawab kan kenapa aku jatuh cinta dengan blog-nya Erry, si Bibi Titi Teliti ini (nggak manggil mbak ah, kan kita sama-sama a thirty something women, hihihi..). Semua postingannya tentang perjuangannya untuk menang Touch Korea Tour dilalap habis selama berjam-jam malam itu (jadi kalo dirimu menemukan traffic dari Asimah Kuwait, itu adalah diriku ya sayJ). Ikut deg-degan ketika tahap penjurian blog – ngebayangin Erry mabok posting tiap hari dan begadang BG- dan terkekeh ketika membaca jawaban-jawaban Erry pada saat interview. Ah so ErryJ Tapi juga “gue bangeett”, seandainya aku di posisi Erry, mungkin aku juga aku akan seperti dirinya.
Yang membuat terkagum-kagum adalah ketika Erry berjuang agar video tournya di tim Fun Tour menang di vote online, sehingga doi bisa balik lagi ke Korea. Sebuah strategi pemenangan yang oke banget. Bagaimana Erry mendekati fan base-nya 2PM untuk menggalang dukungan. Bagaimana doi koar-koar di socmed. Terbayang deh perjuangannya. Rasanya seperti membaca novel petualangan,hehehee… Tak cukup di situ, aku pun meluncur melihat video-video Erry dan kawan-kawannya dari berbagai negara yang tergabung di Fun Tour selama berpetualang di Korea. Rasanya seperti melihat novel petualangan yang difilm-kan,hihihiii… Puas banget melihat “penampakan” Erry, bener banget deh julukan teman-temannya, Funky Erry. Dan tak bisa ditahan aku pun jatuh cinta sama orangnya, selainnya blognya. Here come, you are my Idol now..Erry!!!
Tapi, gongnya bukan itu kawan! Kalau terkesan pada jiwa kompetitif Erry, sudah banyak aku melihat ajang-ajang idol lain atau membaca cerita-cerita semacam itu. Tapi sejujurnya tak membuatku tergerak untuk berubah. Tidak seperti blog bibi titi teliti ini (ah kau boleh berbangga ErryJ). Perjuangan Erry seperti memberikan jawaban dari sebuah pertanyaan yang belakangan ini sering menggangguku. Pertanyaan tentang PASSION. Sering aku mendengar bahwa bekerjalah sesuai dengan passion-mu, maka kesuksesan akan menghampirimu. Begitu kata para motivator itu.
Makhluk apakah sih si Passion ini? Bila yang mereka katakan passion itu adalah sesuatu yang membuat kita enjoy atau betah berjam-jam mengerjakannnya, maka passion aku adalah membaca novel, nonton drama korea atau film romance. Untuk sebuah novel yang menarik hatiku, setebal apapun bisa aku lahap dalam satu kali baca, tak peduli bila aku harus membacanya dari siang sampai subuh. Untuk sebuah drama korea yang memikat hatiku, aku bisa menamatkan satu serinya  dalam sekali nonton, walau untuk itu harus begadang semalam suntuk dalam beberapa hari. Jadi teringat pengalaman pertama nonton drama korea bertahun lalu, waktu awal tahun baru, bersama teman satu kos, nonton All About Eve dari siang hari sampai subuh, hanya disela makan itu pun sambil nontonJ Esok paginya muntah-muntah karen tak tahan begadang, akhirnya bolos kerja dengan alasan sakit, hahaha…
Lantas bagaimana ceritanya bila passion-ku seperti itu bisa mendatangkan sebuah pencapaian? Sebuah kesuksesan? Karena sebagian teman yang tahu hobi nonton koreaku seringnya mencibir, “ihh tak ada guna itu, buang-buang waktu saja!” Bahkan kadang suamiku juga protes bila aku sudah terlihat lupa waktu nonton drama korea atau baca novel. Akhirnya aku pun memutuskan sudahlah lupakan saja passion-ku itu tak ada gunanya. Daaan…sangaat itulah aku terdampar di blog “Bibi Titi Teliti”. Bahwa ternyata “kegilaan” Erry pada drama Korea telah mampu membawanya tour ke Korea dengan gratis, sampai dua kali loh! Bahwa seorang perempuan thirty something dengan dua anak kecil, yang hobi nonton drama Korea, sampai begadang-begadang, mampu menjadi penulis blog yang produktif, dan pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga tetap ke-handle. Mampu menggerakkan puluhan ribu orang yang tak dikenalnya untuk mewujudkan impiannya. Bahkan mungkin puluhan ribu lainnya, ratusan ribu lainnya ikut mendoakan dan mengikuti mimpi-mimpinya. Dan mampu menggerakkan seorang perempuan thirty something lainnya untuk berubah, bersegera menggapai mimpinya juga.
Pencapaian Erry mengingatkan aku pada kisah Mira Lesmana yang dari remaja hobi nonton film, dan akhirnya dari hobinya itu dia sekarang menjadi salah satu produser film terkemuka di Indonesia yang menghasilkan banyak film bermutu. Atau kisah seorang  pemuda yang kecanduan main game online, tapi mengubah candunya itu menjadi produktif dan sekarang dia telah menciptakan banyak game online kreatif. Dan banyak kisah-kisah serupa lainnya, yang membuktikan bahwa sebuah passion bisa menjadi ‘sesuatu’. Benar kata-kata para motivator, “let your passion lead you!”
Terjawab sudah kenapa selama ini aku sering berganti-ganti hobi. Karena aku tak enjoy mengerjakannya. Karena itu bukan bidangku. Huh..ternyata selama ini aku sudah banyak membuang waktu mencoba hal-hal baru lainnya yang sebenarnya aku tak bisa total mengerjakannya, tak happy menjalaninya, dan tak yakin bisa melakukannya. Dan selama itu pula aku sudah menyia-nyiakan passion-ku yang sebenarnya, yang akhirnya menenggelamkan mimpi terbesarku, menjadi penulis novel! Ya keinginan terbesarku ingin membuat novel, seperti novel-novel yang selama ini aku baca, seperti drama-drama korea yang selama ini aku tonton. Dan orang-orang bilang tulisanku cukup bagus, lumayan menyentuh dan menghibur mereka para pembacaJ Hanya saja aku terlalu sibuk mencari-cari yang lain, sehingga tak mengasah passion-ku itu.
Cerita Erry dengan tour korea-nya menyadarkan aku bahwa passion ya hanya tinggal passion, bahwa hobi ya hanya sekedar hobi, kalau kita tidak memperjuangkannya untuk menjadi “sesuatu” yang berarti. Dengan penuh semangat aku pun bercerita pada suamiku tentang perjuangan Erry pergi ke Korea dari passion-nya sebagai drama queen. Bahwa aku pun ingin seperti dia, memperjuangkan passion-ku menjadi sebuah karya. Dan hasilnya, suamiku menghadiahkan aku sebuah meja kerja mungil di sudut kamar kami agar aku bisa menulis dengan tenang dan nyamanJ
Dan akhirnya setelah sekian lama ‘bulukan’ dan penuh debu, aku melongok lagi ‘rumah mayaku’. Bertekad untuk mengisinya sebagai ajang latihan bagiku mewujudkan mimpiku menulis novel. Akhirnya tulisan ini adalah postingan pertamaku di awal tahun baru ini. Yang aku tulis tengah malam setelah mempersiapkan keperluan suami tercintaku yang bertugas ke Perth sampai februari nantiL (belum tidur sama sekali nih). Semoga semangat ini tak padam, terus hidup dari awal sampai garis finish nanti. Aamiin. Terima kasih Erry buat inspirasinya, dan buat Korean Giveaway-nya sehingga aku tergerak untuk membuat tulisan ini. Salam kenal dari Kuwait:)