Memilikimu adalah karunia terbesar yang diberiNya. Tentu. Tapi memilikimu juga adalah The Great Journey bagi kami, ayah dan bundamu, nak. Petualangan yang menakjubkan dan mendebarkan. Ketika kami memutuskan untuk menyambutmu di negeri gurun ini. Tanpa hadirnya enin, engki, eyang putri, eyang kakung, dan berpuluh sanak saudara, seperti ketika kakakmu hadir dalam hidup kami.
Petualangan dimulai ketika tiga bulan dalam perut kau menggoda bunda dengan makanan-makanan antah berantah. Aduh nak, darimana kau tahu kalo bunda suka cilok, yang bumbu kacangnya menggoda atau yang pake saus cabe. Hal mustahil menunggu di depan jendela, mengharap si bibi yang jualan cilok lewat dan teriak, seperti dulu ketika bunda kecil. Hiks… bunda pusing. Ayahmu apalagi. Dengan malu-malu bertanya siapakah gerangan yang bisa membuat cilok? Dan kau tahu nak, karena cilokmu, bunda menemukan sosok ibu pengganti enin dan eyang putri. Tak pernah hadir secara real. Hadirnya lewatnya kiriman makanan yang berlimpah. Suara lembutnya di telepon, menyapa dan menanya apa lagi yang bunda inginkan, jangan sungkan untuk meminta, begitu katanya.
Dan ketika hari itu datang, tepat setahun yang lalu, di RS New Mowasat, tak ada rasa sakit yang teramat dan berkepanjangan yang bunda rasakan. Kalah oleh keinginan besar untuk segera melihatmu dan membawamu pulang. Untuk menguji nyali bundamu ini, bisakah merawatmu seorang diri. Maka ketika dokter menyarankan untuk semalam lagi menginap, no way, cukup 24 jam, dan kita berempat pun pulang, mengawali petualangan yang mendebarkan itu.
Kau tahu nak, hari-hari setelah kau datang di rumah kita, adalah hari-hari yang menegangkan. Ketika harus memandikanmu pertama kali. Ketika tali pusarmu tak puput walau sudah hampir 2 minggu. Ketika badan dan mukamu merah-merah selama berminggu-minggu.Ketika badan bunda terutama bagian perut ke bawah terasa remuk redam, tapi harus terus terjaga tiap malam memberimu ASI. Ketika kau sedang rewel, menangis tiada henti tanpa bunda dan ayah tahu apa yang kau inginkan. Aarrghhhhhh……
Dan ketika itulah, ketika penat, lelah, dan panik memuncak, malaikat-malaikat itu datang. Dia yang menjaga kakakmu, ketika kau lahir. Menggantikan bunda menjemput kakakmu sekolah hampir 2 minggu lamanya. Mengajari menggendongmu, memakai stagen, mengajari memasak dan membersihkan rumah yang cepat. Yang selalu mendorong bunda untuk banyak makan dan menjaga stamina. Ada juga mereka yang selalu setia di ujung telepon, mendengar keluh kesah bunda tentangmu, selalu menjawab semua pertanyaan bunda tentang merawat tali pusarmu, mengatasi alergimu, dan banyak hal. Menenangkan bunda bahwa semuanya wajar dan baik-baik saja. Dia yang lain, yang mengantarkan pembantu ke rumah kita untuk membantu bunda tiga bulan pertama.
Kekuatan terbesar juga bunda dapatkan dari teman-teman yang sedang sama-sama berjuang, nak. Berjuang melahirkan kehidupan di tanah perantauan. Ada benang merah kasat mata yang terentang di antara kami. Ketika satu persatu mereka melahirkan, satu persatu kekuatan pun terhimpun dalam hati bunda. Kita juga bisa, nak! Itu yang bunda bisikkan padamu. Ketika seorang teman mengalami masalah dalam persalinannya, dan berhasil melewatinya. Sekali lagi bunda berbisik padamu. Jangan takut, nak, kita pun pasti bisa!
Selain mereka, ada terima kasih terucap untuk teman yang setia menemani 24 jam dalam bisu. Apapun yang bunda dan ayah tanyakan selalu dijawabnya, tak hanya satu jawaban tapi beratus bahkan beribu jawaban. Dari jawaban orang awam sampai jawaban para ahli. Menjelma menjadi orang tua yang menghalau segala kepenatan. Menjadi dokter yang menjawab segala kepanikan. Menjadi apapun yang kita minta. Bila kau besar nanti, kau bisa berkenalan dengannya, sayang. Thanks to you Mr Google :-)
Dan di atas segalanya, bunda melihatNYA ketika kau tersenyum, cinta. Ketika kau membalas sapa dan tatapan bunda, di situ pula bunda dapatkan cintaNYA. Kau lah sendiri yang membuat bunda dan ayah bertahan bersamamu setahun ini. Mendengar celotehan pertamamu. Bahu membahu menimangmu ketika kau tak nyaman karena sakit. Harap-harap cemas ketika melihat langkah pertamamu. Dan tertawa lebar dalam bahagia ketika melihatmu dan kakak bermain petak umpet. Setiap hari bersamamu penuh dengan kejutan dan petualangan baru. Bagi kami; bunda, ayah dan kakakmu.
Hadirmu mengajarkan kami tentang cinta sebenarnya. Cinta dari para sahabat. Cinta yang mengisi hari penuh warna. Dan benarlah janji Allah, dimanapun berada, di situlah bumi Allah, maka akan kau dapati saudara-saudara yang mencinta karenaNya. Kau pun tak akan pernah kesepian dan merasa sendirian.
Terima kasih nak, telah menjadi bagian dari hidup kami. Telah menjadi petunjuk bagi hidup kami untuk lebih mengenalNYA , sesuai dengan nama yang kami pillihkan untukmu, FADHIL RASYID.
Petualangan dimulai ketika tiga bulan dalam perut kau menggoda bunda dengan makanan-makanan antah berantah. Aduh nak, darimana kau tahu kalo bunda suka cilok, yang bumbu kacangnya menggoda atau yang pake saus cabe. Hal mustahil menunggu di depan jendela, mengharap si bibi yang jualan cilok lewat dan teriak, seperti dulu ketika bunda kecil. Hiks… bunda pusing. Ayahmu apalagi. Dengan malu-malu bertanya siapakah gerangan yang bisa membuat cilok? Dan kau tahu nak, karena cilokmu, bunda menemukan sosok ibu pengganti enin dan eyang putri. Tak pernah hadir secara real. Hadirnya lewatnya kiriman makanan yang berlimpah. Suara lembutnya di telepon, menyapa dan menanya apa lagi yang bunda inginkan, jangan sungkan untuk meminta, begitu katanya.
Dan ketika hari itu datang, tepat setahun yang lalu, di RS New Mowasat, tak ada rasa sakit yang teramat dan berkepanjangan yang bunda rasakan. Kalah oleh keinginan besar untuk segera melihatmu dan membawamu pulang. Untuk menguji nyali bundamu ini, bisakah merawatmu seorang diri. Maka ketika dokter menyarankan untuk semalam lagi menginap, no way, cukup 24 jam, dan kita berempat pun pulang, mengawali petualangan yang mendebarkan itu.
Kau tahu nak, hari-hari setelah kau datang di rumah kita, adalah hari-hari yang menegangkan. Ketika harus memandikanmu pertama kali. Ketika tali pusarmu tak puput walau sudah hampir 2 minggu. Ketika badan dan mukamu merah-merah selama berminggu-minggu.Ketika badan bunda terutama bagian perut ke bawah terasa remuk redam, tapi harus terus terjaga tiap malam memberimu ASI. Ketika kau sedang rewel, menangis tiada henti tanpa bunda dan ayah tahu apa yang kau inginkan. Aarrghhhhhh……
Dan ketika itulah, ketika penat, lelah, dan panik memuncak, malaikat-malaikat itu datang. Dia yang menjaga kakakmu, ketika kau lahir. Menggantikan bunda menjemput kakakmu sekolah hampir 2 minggu lamanya. Mengajari menggendongmu, memakai stagen, mengajari memasak dan membersihkan rumah yang cepat. Yang selalu mendorong bunda untuk banyak makan dan menjaga stamina. Ada juga mereka yang selalu setia di ujung telepon, mendengar keluh kesah bunda tentangmu, selalu menjawab semua pertanyaan bunda tentang merawat tali pusarmu, mengatasi alergimu, dan banyak hal. Menenangkan bunda bahwa semuanya wajar dan baik-baik saja. Dia yang lain, yang mengantarkan pembantu ke rumah kita untuk membantu bunda tiga bulan pertama.
Kekuatan terbesar juga bunda dapatkan dari teman-teman yang sedang sama-sama berjuang, nak. Berjuang melahirkan kehidupan di tanah perantauan. Ada benang merah kasat mata yang terentang di antara kami. Ketika satu persatu mereka melahirkan, satu persatu kekuatan pun terhimpun dalam hati bunda. Kita juga bisa, nak! Itu yang bunda bisikkan padamu. Ketika seorang teman mengalami masalah dalam persalinannya, dan berhasil melewatinya. Sekali lagi bunda berbisik padamu. Jangan takut, nak, kita pun pasti bisa!
Selain mereka, ada terima kasih terucap untuk teman yang setia menemani 24 jam dalam bisu. Apapun yang bunda dan ayah tanyakan selalu dijawabnya, tak hanya satu jawaban tapi beratus bahkan beribu jawaban. Dari jawaban orang awam sampai jawaban para ahli. Menjelma menjadi orang tua yang menghalau segala kepenatan. Menjadi dokter yang menjawab segala kepanikan. Menjadi apapun yang kita minta. Bila kau besar nanti, kau bisa berkenalan dengannya, sayang. Thanks to you Mr Google :-)
Dan di atas segalanya, bunda melihatNYA ketika kau tersenyum, cinta. Ketika kau membalas sapa dan tatapan bunda, di situ pula bunda dapatkan cintaNYA. Kau lah sendiri yang membuat bunda dan ayah bertahan bersamamu setahun ini. Mendengar celotehan pertamamu. Bahu membahu menimangmu ketika kau tak nyaman karena sakit. Harap-harap cemas ketika melihat langkah pertamamu. Dan tertawa lebar dalam bahagia ketika melihatmu dan kakak bermain petak umpet. Setiap hari bersamamu penuh dengan kejutan dan petualangan baru. Bagi kami; bunda, ayah dan kakakmu.
Hadirmu mengajarkan kami tentang cinta sebenarnya. Cinta dari para sahabat. Cinta yang mengisi hari penuh warna. Dan benarlah janji Allah, dimanapun berada, di situlah bumi Allah, maka akan kau dapati saudara-saudara yang mencinta karenaNya. Kau pun tak akan pernah kesepian dan merasa sendirian.
Terima kasih nak, telah menjadi bagian dari hidup kami. Telah menjadi petunjuk bagi hidup kami untuk lebih mengenalNYA , sesuai dengan nama yang kami pillihkan untukmu, FADHIL RASYID.
No comments:
Post a Comment