Wednesday, July 1, 2015

Bang Bing Bung...Yuk Kita Nabung!

Bing beng bang
Yok kita ke bank
Bang bing bung
Yok kita nabung
Tang ting tung hey
jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung

Lagu tentang menabung ciptaan Titik Puspa yang dinyanyikan oleh penyanyi cilik Saskia dan Geofanny ini sangat populer tahun 90-an. Emak-emak angkatan 90-an pasti hapal ya, hehehe….

Walaupun sekarang ada yang bilang menabung di bank itu bukannya untung tapi malah buntung karena banyak potongannya, saya masih tetap berkeyakinan bahwa menabung itu penting. Dan sedikit-sedikit sedang mengajarkan pada anak-anak tentang nilai uang dan manfaat menabung.

Sebenarnya yang paling penting itu adalah kita tahu cara menabung yang tepat seperti apa. Dan apa tujuan dari kita menabung. Maka jargon menabung akan untung itu benar-benar akan kita dapatkan.

Saya pribadi sebagai seorang ibu rumah tangga tulen (emang ada yang boongan ya, hihihi…) mengandalkan pendapatan suami. Ada sih honor dari menulis tapi belum seberapa, paling habis untuk jajan bakso atau beli buku, hehehe…. Praktis sumber keuangan keluarga kami adalah gaji bulanan suami.

Dulu ketika masih tinggal di Indonesia dan saya bekerja, kami sepakat mengalokasikan gaji saya untuk keperluan biaya rumah tangga. Sementara gaji suami dipegangnya sendiri digunakan untuk mencicil membangun rumah idaman kami.

Setelah tinggal di luar negeri, gaji suami masih beliau yang pegang. Namun pengelolaannya kami diskusikan bersama. Berapa gaji dan bonus yang doi terima, saya pasti tahu, walau suka lupa berapa tepatnya, hehehe…. Begitu juga dipakai untuk apa saja atas persetujuan kami berdua. Sebenarnya sih saya yang enak karena pengen apa-apa tinggal tunjuk saja, nanti pak suami yang bayarin, hahaha….


Kiat menabung ala kami sederhana saja, setiap bulannya kami punya target minimal menabung. Berapa jumlahnya? Para ahli keuangan bilang minimal 10% dari jumlah pendapatan. Tapi karena tingkat inflasi di Indonesia lumayan tinggi, maka dinaikkan minimal untuk tabungan itu 15% dari pendapatan.

Saya dan suami tidak serta merta manut pada 10%-15%, lah kalau bisa lebih dari itu kenapa nggak? Betul nggak? (nyengir jumawa).

Berikut yang kami lakukan sebelum menentukan target tabungan per bulan:
      1. Menghitung Pendapatan
Termasuk di dalamnya bonus tahunan yang jumlahnya bisa besar bisa juga kecil, tapi yang pasti bisa diprediksi kira-kira berapa besarannya. Dan tidak seperti di Indonesia, di sini tidak ada THR, hiks. Sementara honor menulis saya tidak dimasukkan ke pendapatan, mungkin saking kecil dan tidak menentunya ya, huhuhu….

2. Menghitung Pengeluaran
Ada beberapa pengeluaran rutin kami perbulannya:
  • Zakat penghasilan sebesar 2,5% dari pendapatan.
  • Hutang (kalau ada), untuk hutang ini kami usahakan hutang yang produktif, artinya untuk keperluan investasi yang mengharuskan kami berhutang dulu karena tidak adanya kecukupan uang cash saat itu. Itu pun setelah kami berhitung bahwa tabungan kami nanti akan cukup untuk membayar hutang ini. Jadi ada target kapan hutang itu harus sudah lunas.
  • Biaya hidup, terbagi untuk biaya sewa aparteman (sudah termasuk biaya listrik, internet, dan pemeliharaannya) dan biaya hidup primer (makan, pakaian, buku). Biaya sewa apartemen ini sudah pasti besarannya perbulan. Sementa biaya hidup primer kami menetapkan target minimal dan maksimal. Jadi dari komponen ini bisa dihemat kalau ingin tabungannya lebih besar, hehehe….
Taraaa… ketemu deh berapa minimal kami harus menabung tiap bulannya, dari menghitung pendapatan dan pengeluaran ini secara cermat. Setelah itu disiplin untuk tidak menjawil atau mengkilik-kiliknya, hehehe…..

Oya untuk mengontrol pengeluaran ini kami punya dua alat penangkal boros, yaitu:
  1. Target keuangan tahunan yang diupdate perbulan. Ini pak suami yang pegang.
  2. Jurnal harian, berisi catatan belanja sehari-hari. Kalau ini saya yang pegang bedanya pak suami pake excel yang canggih, saya mah cukup coret-coret di notes hp, hahaha….


Khusus untuk jurnal harian ini, saya berpatokan pada target biaya hidup primer yang sudah disepakati kami berdua.  Alokasinya untuk belanja bulanan, acara makan di luar, beli baju, buku, dan mainan anak-anak. Dari jurnal ini saya bisa berhitung, kalau misal tengah bulan anggarannya sudah menipis, maka saya menahan diri untuk tidak mengajak keluarga jajan di luar, masak aja deh biar hemat, hehehe… Begitu juga kalau ingin beli-beli sesuatu, bulan ini beli buku banyak, bulan berikutnya gantian beli baju.



Ada cara jadul bin tradisional yang saya lakukan untuk menabung dari biaya hidup primer ini. Biasanya saya mengumpulkan uang pecahan tertentu, yaitu lembaran 5QR atau 10QR. Tiap kali menemukan uang pecahan itu, saya segera menyimpannya di tempat khusus yang tersembunyi. Walau ujung-ujungnya tetap diambil juga bila ada keperluan mendadak di rumah dan isi dompet sedang kosong, hahaha…. Tapi cara ini manjur juga loh, bener kata pepatah sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit.

Di mana kami menyimpan tabungan ini? Di rekening tabungan biasa pak suami. Nanti setelah terkumpul, kami alokasikan sesuai dengan keperluannya.

Berikut alokasi Tabungan kami:
  • Dana darurat, untuk dana ini kami menyimpan tabungan dalam bentuk emas batangan. Dan terbukti beberapa kali cukup menolong kami ketika dalam situasi darurat walaupun sedikit merugi, karena harga jualnya lebih rendah dari harga beli. Pendapat saya, sepertinya emas batangan ini cocoknya untuk jangka panjang, baru berasa untungnya. Makanya sekarang ini kami sedang berpikir untuk menyimpan dana darurat ini dalam bentuk deposito. Lagi larak-lirik deposito yang tepat dan sesuai bagi kami. Untung ada cermati.com, hingga kami yang tidak tinggal di Indonesia bisa mudah menyeleksi produk-produk keuangan perbankan Indonesia. Berharap ada produk keuangan syariah di cermati. 

Fyi, cermati perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi finansial. Cermati didirikan oleh para teknologis dari Silicon Valley dengan tim yang sudah berpengalaman di perusahaan-perusahaan teknologi global terkemuka seperti Google, LinkedIn, Microsoft dan Oracle. Tim Cermati memiliki pengalaman total lebih dari 12 tahun dalam mengerjakan aplikasi dan situs web yang digunakan lebih dari ratusan juta user di seluruh dunia.

  • Dana jangka menengah; dana ini untuk keperluan sekolah, jalan-jalan, atau renovasi rumah. Kami memilihnya dalam bentuk reksadana. Masih maju-mundur untuk terjun ke saham.
  • Dana jangka panjang; digunakan untuk kuliah anak-anak dan dana pensiun. Kami menyimpannya dalam bentuk aset yang produktif, yang terbeli setelah nabung berbulan-bulan dengan disiplin, hehehe….


So, intinya menabung itu penting untuk masa depan kita dan anak-anak. Lakukan menabung dengan konsisten dan disiplin. Dan cermatlah memilih produk tabungan yang sesuai dengan kondisi keuangan kita dan tepat dengan keperluan atau tujuan dari menabung kita.
Menabung untuk investasi itu untung!



Yok kita nabung
Tang ting tung hey
jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung









Sumber foto: google