Sunday, February 8, 2009

Balado(a) Ikan Teri Vs Opor Ayam

Malam ini kita sama-sama tertawa. Terbahak-bahak. Mentertawakan kepikunan kita. Ternyata sudah tanggal 7 Februari saja. Bagaimana bisa terlewat dua hari lamanya ya? Bagaimana bisa lupa ya tanggal bersejarah itu? Bahkan ternyata tidak satupun dari kita yang bersusah-susah menset timer di tanggal yang merupakan awal babak baru hidup kita itu.

Enam tahun lalu, di tanggal itu, di rumahku, kita juga tertawa bersama-sama. Terbahak-bahak. Mentertawakan salah satu teman kita yang terbengong-bengong ketika melihatmu keluar dari kamar dengan memakai baju kebesaran itu. Kebesaran dalam arti yang sesungguhnya, hahahaha….
“Ngapain kamu di sini?” begitu tanyanya dengan wajah syok.
“Kaaaliaan…???” mukanya bertambah kaget ketika aku keluar juga dari kamar itu menghampirimu. Kita berdua berpandangan tak tahu harus menjawab gimana. Hanya tersenyum simpul.
“Hahahahaha…. Bener-bener kejutan nih!!!” teman kita tertawa begitu kerasnya. Kita semakin malu.
“Tadinya sepulang dari sini aku mau langsung ke rumahmu lho. Tadinya aku bingung mo ngadiriin undangan siapa dulu nih. Dapat kabar kalian nyebar undangan. Ternyata undangannya sama tho. Hahahaha…… selamat deh!”
Hari itu kita tertawa begitu banyak. Tertawa bahagia. Akhirnya….

Enam tahun sudah ya. Katanya wajah kita akan semakin mirip satu sama lain? Benarkah? Tapi dari awal, banyak yang menyangka kita adik kakak kok. Kata mereka aku kakaknya, kamu adiknya, ugghhh…sebelnya.
Tak terasa sudah enam tahun berlalu ya. Katanya sifat dan kebiasaan kita akan sama lho? Mungkin saja, karena belakangan ini kamu sering komplain, jadi semakin gak rapi, semakin pelupa, semakin gak teratur, dan semakin-semakin lainnya yang katanya kebiasaan jelekku. Aargghhh…..

Kau suka opor ayam.
Aku suka balado teri.
Dan kau pun pernah begitu marah, ketika tanganku yang belepotan ikan asin menaruh makanan kesukaanmu di piring makanmu tanpa permisi. Katamu jadi menghilangkan selera makan, weeee….

Kau suka pop.
Aku suka dangdut.
Tak hanya aku, tapi juga keluarga besarku. Dan kita pun kelabakan membujuk mereka untuk tak menghadirkan organ tunggal di hari bersejarah itu, hahahaha….

Kau suka film mandarin.
Aku suka film India.
Tak disangka kau mau bersusah payah meminjam cd film India ke teman kantormu yang orang India, hanya untuk menyenangkanku. Lantas kau pun tahu Khuch Khuch Ho ta he dan Churi churi cup ke, walau setelah itu kau menyerah tak mau lagi nonton film India.

Kau suka film anak-anak.
Aku suka film romantis.
Tapi katamu aku sama sekali tak romantis. Tak seperti dirimu yang katanya romantis. Tapi ternyata kita sama-sama lupa tanggal bersejarah itu ya, hiks….

Kau suka diam di rumah.
Aku suka jalan-jalan.
Lantas kita pun terdampar di supermarket untuk belanjan bulanan. Ya anggaplah itu sebagai jalan-jalan, hahahaha….

Kau suka tepat waktu.
Aku suka…agak telat :-)
“Lima menit lagi! Timer sudah bunyi!” Begitu selalu kau teriak-teriak tiap kita mau pergi, melihatku pontang-panting menyiapkan diri dengan wajah usilmu.

Kau suka hal yang terencana.
Aku suka hal yang spontan.
Dan terjadilah tragedi meminjam-cincin-adikmu itu :-( Maafkan ya….

Kau suka bicara pelan.
Aku suka teriak-teriak.
Lantas kau pun merasa aku marah-marah padamu. Dan aku pun akan kelabakan menjelaskan kalo tak ada maksudku untuk marah-marah.

Kau suka kesunyian.
Aku suka keramaian.
Kita pun lalu berebut remote tivi. Menurutmu suaranya terlalu kenceng, menurutku terlalu pelan.

Kau dari keluarga kecil.
Aku dari keluarga besar.
Dan suatu hari tak terlupakan, satu mobil keluargamu ‘berhadapan’ dengan pasukan satu kampung keluargaku, hahahaha…..

Begitu banyak beda diantara kita.
Kadang membuat kita salah persepsi, yang tak jarang berujung di perselisihan.
Namun tak apalah, karena ada satu sama diantara kita, yang membuat beda kita menjadi tak berarti, yang membuat beda kita menjadi indah.
Kita SAMA saling MENCINTAI. KarenaNYA.
Cukuplah itu untuk membuat kita mengikatkan diri dalam sebuah mitsaqun ghaliz.
Seperti halnya janji para nabi dengan Allah SWT untuk menyampaikan risalahNya.
Seperti janji Bani Israil terhadap Allah SWT untuk mengemban risalah tauhid di atas dunia. Janji yang karenanya Allah mengangkat gunung untuk ditimpakan di atas kepala Bani Israil sebagai ancaman bagi mereka yang tidak mau menepati janji.

Semoga kita bisa menepati janji itu. Semoga jodoh itu tak hanya di dunia ini, tapi juga sampai hari kekal nanti. Ya Allah kumpulkan lagi kami nanti di hari kekal abadi itu. Amiin.
(522003-522009)